Tergusur di Tengah Jalan

- VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca
Kondisi tersebut karena daya tarik LCGC, yakni dengan harga lebih terjangkau.
Selanjutnya, Sesunyi Pedesaan
Sesunyi Pedesaan
Membiasnya program mobil pedesaan menjadi LGCG memang menjadi isu menarik. Gagasan dan pembahasan mobil pedesaan pun kian sunyi.
Kementerian Perindustrian saat itu berdalih mobil murah pedesaan beda dengan mobil industri atau mobil murah komersial. Kementerian itu menyatakan, mobil murah yang dikembangkan ada yang diperuntukkan bagi individu dan ada yang diposisikan bagi angkutan pedesaan.
Untuk mobil pedesaan, Kemenperin mengakui, saat itu tak berjalan lantaran dari sisi komersial belum ada industri yang bersedia mendanai.
Kemenperin memang sempat mendapat anggaran untuk riset dan ditugasi membangun mobil pedesaan. Tapi, program mobil pedesaan memang tak ada yang tertarik mendanai. Kemenperin kemudian memutar otak dan menggandeng PT Inka untuk pengembangan mobil pedesaan.
Namun, belakangan tugas itu diserahkan ke Kementerian Riset dan Teknologi. PT Inka diminta oleh menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk fokus pada bisnis intinya.
Ikhwal polemik mobil murah beberapa tahun lalu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, mengatakan, saat itu tidak ada program kendaraan untuk masyarakat desa.
Tapi, saat itu digagas program mobil untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Makanya, ujar I Gusti, program saat itu dinamakan Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau tenar dengan LCGC.
I Gusti berdalih, tujuan program KBH2 waktu itu adalah memberi kesempatan kepada masyarakat penghasilan rendah, yang bukan hanya untuk masyarakat desa.
"Masyarakat desa itu kan juga banyak yang berpenghasilan tinggi kan," ujar I Gusti di kantornya, Jumat 17 Maret 2017.
Konsep mobil pedesaan dan mobil LCGC memang berbeda. Baginya jelas, LGCG adalah untuk masyarakat perkotaan. (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)