Berkah Putaran Si Mungil

- VIVA.co.id/Purna Karyanto
Enny menilai, kondisi yang terjadi saat ini merupakan problem lama republik ini. Saat permintaan mainan anak-anak tinggi, tapi importasinya luar biasa besar. Dan bila dilihat dari neraca perdagangan tentu importasi mainan ini sangat besar.
"Di sisi lain, mainan anak ini tidak membutuhkan suatu teknologi yang complicated, ya kita sampai tidak bisa membikinnya itu kan enggak mungkin. Enggak sampai segitunya," tutur Enny, kepada VIVA.co.id.Â
Untuk itu, ia meminta pemerintah sebaiknya memiliki instrumen pengendalian. Dan jangan hanya melihat saja bahwa Indonesia hanya bisa menjadi pasar atau objek perdagangan. Melainkan memiliki nilai tambah untuk mendorong perekonomian.
Selanjutnya, Hanya Musiman
Hanya Musiman
Fidget spinner, saat ini memang menjadi mainan anak-anak populer yang dikembangkan dari teknologi mainan sebelumnya. Sejumlah pihak bahkan memperkirakan mainan ini bisa bertahan dengan sejumlah pengembangan.
Namun, berbeda dengan Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Anak Edukatif dan Tradisional Indonesia, Danang Sasongko. Dia berpandangan bahwa mainan ini tidak bisa dieksplorasi terlalu jauh.
Menurut dia, hadirnya permainan fidget spinner di Indonesia karena kurangnya ide mainan baru. Mainan yang bisa dibuat di dalam negeri untuk anak riang gembira, sehingga mereka mengikuti tren media sosial yang berkembang saat ini.
"Anak-anak mengamati permainan ini di media sosial dan fidget spinner kebetulan diproduksi massal, dan menjadi tren. Tetapi tetap, saya belum melihat esensi dari fidget spinner sebagai mainan mengasyikkan," ujar Danang kepada VIVA.co.id.
Ia mengatakan, dengan tak banyaknya eksplorasi dari mainan tersebut, fidget spinner diperkirakan hanya bisa bertahan tiga hingga empat bulan ke depan. Terlebih pada saat itu sudah memasuki titik jenuh.