Sinambung Lawak Indonesia

Ludruk Kartolo
Ludruk Kartolo
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Sejalan itu, kelompok-kelompok lawak pun makin berkembang. Beragam nama seperti Kwartet Jaya, Surya Grup, Pancaran Sinar Petromak, Warkop DKI, Sersan Prambors dan lain sebagainya pun lahir. [Baca juga: Warkop DKI, Berjaya Sepanjang Masa]

Begitu pun dengan sosok perorangan seperti Bing Slamet, Edi Sud, Ateng, Iskak, Benyamin S dan lainnya bersemi di Indonesia. [Lihat infografik: Sejarah Lawak Indonesia]

Sayang memang, sikap represif Orde Baru kala itu ditambah terbatasnya stasiun televisi membuat banyak grup lawak atau pun figur perseorangan timbul tenggelam.

Selanjutnya…Lawakan Dulu dan Kini

Lawakan Dulu dan Kini

Perjalanan dunia komedi di Indonesia mengalir dalam beragam kisah. Dari era ludruk, ketoprak, lenong di era 90-an hingga era milenium di tahun 2000, semua memiliki kekhasan tersendiri.

Tarzan (72 tahun), pentolan Grup Srimulat merasakan adanya perbedaan antara era panggung komedi di masa kejayaan mereka dengan kekinian. Lelaki pemilik nama asli Toto Muryadi ini melihat komedi era kini sebagai konten bisnis. "Yang laku dan tidak laku," ujarnya, Jumat 3 Agustus 2017.

Sebagai pegiat lawak Indonesia sejak 1962, Tarzan tak menampik jika panggung komedi tetap menjadi ajang menguntungkan di televisi di era setelahnya. Apalagi saat ini, komedian lebih mengedepankan cara apa pun agar penonton bisa tertawa.

"Saya kan tidak bisa melawak seperti anak sekarang. Banting-bantingan, hancur-hancuran kursi. Itu kan yang sekarang lagi trend, yang lagi laku," ujar Tarzan.

Pelawak Tarsan Srimulat (kiri)

Pelawak Tarsan Srimulat (kiri). (ANTARA FOTO/Teresia May)

Menurut Tarzan, saat ini komedi yang ditawarkan ke publik lebih kepada menyesuaikan ke keinginan televisi yang menampung mereka. Sehingga banyak kemudian, pelawak 'zaman dulu' akhirnya mesti mundur pelan-pelan dan memilih tampil di luar hiruk pikuk dunia hiburan.

Mohamad Ali Sidik Zamzami, atau yang populer dengan panggilan Mo Sidik, mewakili generasi komedian masa kini. Kelahiran Jakarta tahun 1976, Mo Sidik mengakui ada perbedaan antara gaya komedi lama dengan masa kini.

Halaman Selanjutnya
img_title