- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Suara gemuruh 30.000 suporter terdengar meredam bunyi peluit panjang yang ditiupkan di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Para pemain berkostum merah tampak berlutut, bersujud, bahkan menangis.
Setelah pertarungan selama 90 menit yang menguras emosi, Timnas Indonesia berhasil merebut kemenangan 2-1. Kini, tinggal satu langkah lagi bagi skuat Garuda untuk merebut gelar juara Asia Tenggara pertamanya.
Tetapi, bukan berarti Indonesia akan dengan mudah mengunci gelar juara. Lawan mereka saat ini adalah jagoan regional ASEAN, yaitu Thailand, yang notabene juara bertahan Piala AFF.
Dengan berbekal keunggulan satu gol, jelas posisi Indonesia sangat tidak aman. Thailand bisa merebut gelar yang sudah di depan mata dengan kemenangan hanya 1-0.
Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, menegaskan timnya masih harus berjuang sekuat tenaga saat melakoni laga final leg kedua di Stadion Rajamangala, Sabtu malam, 17 Desember 2016.
"Nanti akan menjadi laga sulit lainnya buat kami, meski kami unggul 2-1 saat ini. Karena kami tahu Thailand tak perlu diragukan tim terbaik di Asia Tenggara," ujar Riedl dalam jumpa pers, Jumat, 16 Desember 2016, di Bangkok.
"Target kami adalah bermain luar biasa sepanjang 90 menit dan akan menantang tim Thailand sebaik mungkin, karena mereka adalah tim favorit," tutur pria 67 tahun asal Austria tersebut.
Laga final Piala AFF sebenarnya sudah tidak asing untuk Indonesia maupun Riedl. Keduanya sudah langganan menembus partai puncak. Tetapi sayang, nasib keduanya juga sama-sama sial.
Indonesia sebelumnya sudah tembus final sebanyak empat kali dan selalu gagal menjadi juara. Sementara itu, Riedl sudah berhasil ke final sebanyak lima kali dan sama-sama belum merasakan gelar juara.
Jadi pertandingan melawan Thailand nanti bukan hanya penting buat Indonesia, tetapi juga kredibilitas "Opa Riedl" sebagai pelatih yang kabarnya akan menutup karier usai Piala AFF 2016.
"Ini saatnya mengubah sejarah. Untuk apa lagi kami ke sini? Tentu saja untuk menjadi juara," kata Riedl.
"Kami tahu itu akan sulit, tapi kami di Bangkok bukan untuk berlibur. Ada tempat yang lebih baik untuk berlibur dibandingkan sebuah kota besar di Thailand," ujarnya.
Dulu Dicibir, Sekarang Dipuja