Beranda Login
img_title

Bacharuddin Jusuf Habibie

25 Juni 1936
s/d
Sekarang
img_title img_title
Kisah hidupnya penuh inspirasi. Ia menjadi kebanggaan anak-anak Indonesia karena kecerdasannya.Ia ahli pembuat pesawat terbang dari Indonesia yang diakui dunia internasional. Tak hanya soal teknologi, ia juga menjadi orang nomor satu di republik ini.

Ia menjadi presiden pertama sejak lahirnya Era Reformasi.Keahliannya dalam tekonologi inilah yang mengantarkannya ke dunia teknokrat. Mulai dari penasehat presiden hingga menjadi menteri riset dan wakil presiden pada masa Presiden Soeharto. Puncaknya, ia menjadi Presiden RI ke-3 menggantikan Soeharto yang mundur di tengah jalan karena tuntutan Reformasi.

Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan nama B.J. Habibie menjadi presiden pada usia 62 tahun. Ia lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ia anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sang ayah merupakan seorang ahli pertanian dari Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis. Sedangkan sang ibu asal Jawa dan merupakan anak dari dokter spesialis mata di Yogyakarta.

Habibie sudah menunjukkan kecerdasannya sejak dini. Ia memiliki ketertarikan khusus dengan fisika. Dalam hal pendidikan, pernah bersekolah di SMAK Dago, Bandung, dan meneruskan kuliah selama 6 bulan di Institut Teknologi Bandung dengan studi Teknik Mesin pada tahun 1954. Setahun kemudian, Ia melanjutkan studi teknik penerbangan selama 10 tahun di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman dengan dibiayai oleh ibunya. Habibie meraih 2 gelar sekaligus yaitu Diplom Ingenieur pada tahun 1960 dan Doktor Ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum laude.

Di sela-sela kuliahnya, Habibie muda sempat kembali ke tanah air. Selain menziarahi makam almarhum sang ayah di Ujung Pandang, Ia sempat pula pulang ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang tak lain merupakan keluarga Ainun. Mereka sebetulnya sudah kenal sejak di bangku sekolah. Bahkan, Habibie mengakui pernah beberapa kali pacaran dengan wanita Jerman sebelum akhirnya ia berlabuh ke hati Ainun. Kedekatan mereka pun berlanjut ke pelaminan tepat pada tanggal 12 Mei1962. Mereka dikarunia 2 anak yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie dan 6 cucu.

Habibie dan istrinya pun tinggal di Jerman. Habibie harus bekerja keras untuk membiayai rumah tangga dan biaya kuliah doktoralnya. Ia juga mendalami teknik dan konstruksi pesawat terbang.

Setelah lulus, B.J. Habibie bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, yaitu Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) pada 1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada  industri pesawat terbang komersial dan militer dari tahun 1969 hingga 1973.

Atas kinerja dan kredibelitasnya, ia pun dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978). Dialah satu-satunya orang Asia yang menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.

Sebelum memasuki usia 40 tahun, karier Habibie sangat cemerlang, terutama dalam urusan desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie bagaikan berlian yang bersinar di Jerman. Kedudukan terhormat pun berhasil ia gapai baik secara materi dan intelektualitas. Selama bekerja di Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sederet teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi Thermodinamika, Konstruksi, dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.

Pada tahun 1968, Habibie telah mengundang sejumlah insinyur tanah air untuk turut bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Habibie.

Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kemampuan dan pengalaman insinyur Indonesia jika kembali ke Tanah Air dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Mengetahui kecerdasan Habibie, Presiden Soeharto tak tinggal diam. Ia mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, Habibie bersedia dan melepaskan jabatan dan prestasinya di Jerman.

Habibie pun diangkat menjadi penasehat pemerintah (langsung dibawah presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian selama tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.

Setelah itu, ia diangkat Soeharto menjadi  Menteri Negara Riset dan Teknologi selama 2 dekade mulai dari 1978 hingga 1998. Lalu, 14 Maret 1998 Habibie terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan VII. Ia juga menduduki posisi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) saat masih menjadi menteri.

Tragedi Mei 1998, awal muncul Era Reformasi membawa perubahan posisi Habibie. Kerusuhan Mei 1998 yang melanda beberapa kota di Indonesia dan berpusat di Jakarta telah menggulingkan Presiden Soeharto yang sudah menjabat selama 32 tahun. Hal itu menyebabkan Habibie naik ke kursi Presiden terhitung sejak 21 Mei 1998.

Habibie harus mengawal Era Reformasi dengan menghadapi ketidakstabilan dan disintegrasi pasca kerusuhan Mei 1998. Sebagai presiden, Habibie segera membentuk kabinet baru dengan tugas penting untuk mengembalikan dukungan dari dana moneter internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Meski singkat menjadi presiden, tapi Habibie berhasil membuat trobosan untuk Indonesia di antaranya yaitu Undang-Undang Anti Monopoli atau Undang-Undang Persaingan Sehat, Undang-Undang Partai Politik, dan Undang-Undang Otonomi Daerah.

Selain itu juga, Habibie menciptakan beberapa perubahan seperti membebaskan masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak lahir partai-partai baru. Ia juga menghapus larangan berdirinya serikat buruh independen dan membuat 12 Ketetapan MPR.

Dari sektor ekonomi, Habibie sukses menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang awalnya berkisar Rp10.000 hingga Rp15.000 dan di akhir pemerintahannya nilai rupiah meroket hingga 6.500 yang belum terulang lagi hingga tahun 2016.

Saat ia menjadi presiden, ada satu hal yang sangat krusial soal otonomi Provinsi Timor-Timur. Atas usul PBB, Presiden Habibie mengadakan jejak pendapat yang diselenggarakan 30 Agustus 1999 di bawah pengawasan UNAMET (United Nations Mission for East Timor) dan diikuti oleh penduduk Timor Timur.

Menurut Hasil yang diumumkan di New York dan Dili pada tanggal 4 September 1999 yang diikuti oleh 451.792 penduduk Timor-Timur. Sebesar 78.5% penduduk Timor Timur menyatakan menolak otonomi khusus yang ditawarkan Indonesia. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka MPR RI dalam Sidang Umum MPR pada 1999 mencabut TAP MPR No. VI/1978 dan mengembalikan Timor Timur seperti pada 1975.Dalam bahasa lain, Provinsi Timor-Timur lepas dari Indonesia dan menjadi Negara Timor Leste.

Hal inilah yang memicu pihak oposisi Habibie berusaha keras menjatuhkannya. Hingga akhirnya Habibie resmi selesai sebagai Presiden RI yang Ke-3 pada tanggal 20 Oktober 1999. ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

Setelah tidak menjabat sebagai presiden lagi, Habibie memilih tinggal di Jerman. Namun, pada era kepresidenan SBY, Habibie kembali aktif sebagai penasehat presiden dalam rangka mengawali proses demokrasi di Indonesia melalui organisasi yang didirikannya (Habibie Center). Ia juga aktif kembali di Partai Golkar sebagai Ketua Dewan Penasehat.

Pada tanggal 22 Mei 2010, Habibie harus kehilangan sang istri akibat kanker ovarium yang dideritanya. Sebagai bentuk kecintaan Habibie kepada mendiang istrinya, Ia menulis sebuah buku bertajuk “Habibie & Ainun” setebal 323 halaman yang kemudian diangkat ke film layar lebar dengan judul yang sama.

KELUARGA      
Orang Tua     : Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo
Pasangan      : Hasri Ainun Besari
Anak              : Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie

PENDIDIKAN
SMAK Dago, Bandung
S1,Teknik Mesin, ITB, Bandung (1954)
S1-S3, Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Aachen, Jerman (1955 – 1965)

KARIER
Messerschmitt-Bölkow-Blohm, Hamburg, Jerman (1965 – 1978)
Penasehat Presiden RI (1974 – 1978)
Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978 – 1998)
Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
Wakil Presiden RI (1998)
Presiden RI (1998 – 1999)
Penasehat Presiden era SBY
Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi Industri

PENGHARGAAN
Edward Warner Award dan Award von Karman
Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung

KARYA
Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute;
Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memori tentang Ainun Habibie)
Pesawat N-250 Gatot Kaca.




























Berita Terkait
Selain Presiden Jokowi, Ini 10 Pesohor yang Ulang Tahun di Bulan Juni

Selain Presiden Jokowi, Ini 10 Pesohor yang Ulang Tahun di Bulan Juni

Trending

21 Juni 2023
Deretan Mahakarya BJ Habibie, Pencetus Teori Keretakan

Deretan Mahakarya BJ Habibie, Pencetus Teori Keretakan

Teknopedia

9 Juni 2023
Cerita Yusril Ihza Mahendra Dimarahi, Dibentak hingga Diusir Presiden Habibie

Cerita Yusril Ihza Mahendra Dimarahi, Dibentak hingga Diusir Presiden Habibie

Nasional

21 Februari 2023
SBY Absen di Sidang Tahunan MPR 2018

SBY Absen di Sidang Tahunan MPR 2018

Politik

16 Agustus 2018
Tiba di Rumah Habibie, Anwar Ibrahim Bahas Apa?

Tiba di Rumah Habibie, Anwar Ibrahim Bahas Apa?

Nasional

20 Mei 2018
Beredar Foto Sebut BJ Habibie Makin Membaik

Beredar Foto Sebut BJ Habibie Makin Membaik

Nasional

9 Maret 2018
Menlu Retno Sebut BJ Habibie Membaik

Menlu Retno Sebut BJ Habibie Membaik

Nasional

5 Maret 2018
Doa untuk Habibie

Doa untuk Habibie

Nasional

5 Maret 2018
Cerianya BJ Habibie Berpakaian Adat Bugis di HUT RI 72

Cerianya BJ Habibie Berpakaian Adat Bugis di HUT RI 72

Nasional

17 Agustus 2017
Kanker Kondisi Kritis, Aktivis Peraih Nobel Dibebaskan

Kanker Kondisi Kritis, Aktivis Peraih Nobel Dibebaskan

Dunia

26 Juni 2017
Pesan Habibie kepada Gubernur Terpilih

Pesan Habibie kepada Gubernur Terpilih

Nasional

15 Februari 2017
Sebutan 'Anak Intelektual' dari Habibie untuk Anies-Sandi

Sebutan 'Anak Intelektual' dari Habibie untuk Anies-Sandi

Metro

27 Januari 2017
Ahok dan Djarot Sowan ke Habibie, Minta Tips Bangun Jakarta

Ahok dan Djarot Sowan ke Habibie, Minta Tips Bangun Jakarta

Metro

14 Oktober 2016
Habibie: Inovasi Harus Seiring Peningkatan Kualitas SDM

Habibie: Inovasi Harus Seiring Peningkatan Kualitas SDM

6 Oktober 2016
Mantan Teroris Umar Patek Kagumi Habibie

Mantan Teroris Umar Patek Kagumi Habibie

Nasional

29 Agustus 2016
Habibie: Kita Bukan Kejar Nobel, Tapi Problem Indonesia

Habibie: Kita Bukan Kejar Nobel, Tapi Problem Indonesia

20 Agustus 2016
B. J. Habibie

B. J. Habibie

18 Agustus 2016
Share :