Logo DW

Korban Teori Konspirasi COVID-19 Bukan Hanya Kecerdasan Penganutnya

picture-alliance/dpa
picture-alliance/dpa
Sumber :
  • dw

Tentu saja, pertanyaan emasnya bukan apakah argumentasi para advokat teori konspirasi ini logis atau tidak. Pertanyaannya dimulai dengan mengapa. Mengapa orang-orang ini begitu menggebu-gebu membenarkan teori yang compang-camping dan menceramahkannya ke segala penjuru? Mengapa COVID-19 harus dimaknai sebagai bikinan satu-dua persekongkolan jahat haus keuntungan alih-alih akibat menyantap satwa liar di Wuhan?

Satu hal yang bisa dikatakan ialah peristiwa memakan satwa liar merupakan kebetulan yang tak mudah dipersalahkan. Di sisi lain, pihak yang mengeruk keuntungan di atas penderitaan orang lain, betapapun fiktifnya, dapat dikecam habis-habisan. Adanya pihak antagonis yang jelas menjadikan pandemi suatu pengalaman yang lebih berbentuk, memiliki biang keladi sebagai objek pelampiasan emosi, serta tak sekadar serangkaian peristiwa acak tak bermakna.

Dorongan menemukan kambing hitam ini pula yang memantik banyak pihak kini beramai-ramai menuntut Cina untuk mengompensasi kerugian yang disebabkan COVID-19.

Lebih jauh, narasi konspirasi membangun perasaan heroisme di antara penganutnya. Mereka dibuat merasa berdiri lantang di hadapan kekuatan raksasa yang mengeksploitasinya diam-diam. Dengarkan intonasi mereka yang menceritakan narasi-narasi konspirasi COVID-19. Mereka memotret dirinya sebagai korban yang sadar, tak seperti kebanyakan orang, aktif melawan.

Sebuah percobaan mendemonstrasikan mereka yang cenderung berpikir konspiratif condong mempercayai cerita yang diklaim hanya diyakini segelintir orang. Penganut teori konspirasi yang dipaparkan cerita bahwa pendeteksi asap di Jerman memancarkan suara hipersonik yang memantik kecemasan, depresi, perut mulas menerima narasi ini ketika diklaim hanya sedikit insan yang mempercayainya.

Apa artinya? Kita bisa menduga, penganut teori konspirasi ialah mereka yang gemar mencitrakan dirinya berbeda. Hasrat untuk menonjol sejalan dengan kecenderungan untuk meyakini skenario di mana segala sesuatu diatur oleh konspirasi jahat.

Imbalan Kejiwaan vs Kesehatan