Logo DW

Rezim yang Terlalu Ramah pada Militer

Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
Sumber :
  • dw

Tentu publik tidak dalam posisi mengusulkan bentuk kompensasi, biarlah itu jadi bahan pemikiran pimpinan kelompok militer sendiri,mengingat berdasarkan pengalaman, militer terkesan kurang peduli terhadap masukan kelompok sipil. Sekadar masukan bisa disampaikan di sini, sehubungan problem kualitatif masyarakat yang tak kunjung terselesaikan, sekiranya TNI bisa membantu meringankannya.

Setidaknya ada dua problem yang kiranya TNI bisa berperan. Pertama adalah soal pelaksanaan prinsip HAM, dan kedua mereduksi kesenjangan sosial. Dalam pelaksanaan prinsip HAM, bisa dimulai dengan memenuhi panggilan lembaga Komnasham, karena selama ini terkesan Mabes TNI sengaja mengabaikan undangan Komnasham.

Mengapa harus menghindar dari panggilan Komnasham, apakah ada yang ditakutkan? Tidak perlu ada perasaan khawatir berlebihan, Komnasham sekadar perlu keterangan saja. Dan perlu ditegaskan di sini, wewenang Komnasham juga terbatas, lembaga ini tidak bisa mendakwa, atau lebih jauh lagi memenjarakan anggota TNI.

Salah satu kemungkinan perwira TNI atau purnawirawan, selalu mangkir dari panggilan Komnasham adalah khawatir bakal masuk penjara. Ini sebuah paranoia sebenarnya. Bagi rakyat kebanyakan, komunitas jenderal ibarat warga kelas satu, dan bangsa ini tidak pernah bermaksud sedikit pun untuk menghukum mereka.

Kemudian soal kesenjangan sosial, perwira TNI bisa memberi keteladanan dalam berperilaku. Sudah jamak diketahui, bila seorang perwira masuk level jenderal, maka gaya hidupnya juga turut menyesuaikan lingkungan, salah satunya ditandai dengan pemilikan kendaraan. Ketika April lalu ada tambahan sekitar 300 jenderal, dengan sendirinya akan diikuti kebutuhan pengadaan mobil kelas SUV (sport utility vehicle) kira-kira sejumlah itu pula. Oleh karenanya diperlukan keberanian moral dari para jenderal baru tersebut, untuk melakukan semacam social distancing dengan para dealer mobil.

Apa yang biasa diperlihatkan dua purnawirawan TNI yang kemana-mana selalu berkendaraan SUV, yaitu Prabowo Subianto (Akmil 1974) dan AHY (Akmil 2000), tidak perlu dijadikan referensi, keduanya mempunyai jalan hidup sendiri. Mampu menjaga jarak dengan dealer mobil, sudah menandakan empati para jenderal pada nasib sebagian rakyat kita.

Kerelaan para jenderal untuk menjalani apa yang dulu pernah diajarkan mantan (Presiden) Soeharto, yakni “pola hidup sederhana”, sudah sangat membantu mengurangi kesenjangan sosial. Bila jenderal-jenderal itu benar-benar berani menahan hasrat dalam hal pembelian mobil mewah, tentu rakyat akan senantiasa mengenangnya dengan rasa haru, yang nama baiknya akan terus terjaga hingga masa pensiun tiba.