Atlet Muslim Prancis Terancam Absen di Olimpiade Paris 2024

Atlet berjilbab berkompetisi dalam perlombaan
Sumber :
  • MoroccoWorldNews

VIVA – Kurang dari empat bulan setelah larangan mengenakan Abaya yang kontroversial, Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Castera mengumumkan pada hari Minggu (24/9) bahwa atlet Prancis tidak akan diizinkan mengenakan kerudung selama Olimpiade Paris 2024 mendatang.

Profil Dio Novandra, Pacar Megawati Hangestri yang Dikenalkan ke Para Pemain Red Spark

Oudea-Castera membuat pengumuman tersebut saat tampil di acara “Sunday In Politics,” yang ditayangkan di France 3.

Nike akan merilis Pro Hijab untuk atlet muslim

Photo :
  • Hypebae
Erick Thohir : Satu Game Lagi Sudah Kunci ke Olimpiade, Kalau Dua Game Kita Juaranya

Dia menyatakan bahwa tidak ada anggota delegasi Perancis, baik atlet atau ofisial, yang diizinkan mengenakan penutup kepala, dan dia mengisyaratkan bahwa pembatasan ini mungkin akan diperpanjang.

Dia menekankan komitmen pemerintah Perancis terhadap kebijakan sekularisme yang ketat dalam semua aspek kehidupan, termasuk olahraga, dengan menyatakan bahwa “ini berarti larangan segala bentuk proselitisme, netralitas mutlak dalam pelayanan publik.”

Pertama dalam 36 Tahun Korsel Gagal Lolos Olimpiade, Rekor Dihancurkan Timnas Indonesia U-23!

Dikutip dari MoroccoWorldNews, pengumuman ini muncul pada saat Perancis sedang berada di bawah pengawasan ketat atas larangan penggunaan abaya di sekolah, sebuah langkah yang menuai kritik luas dan memicu tuduhan diskriminasi terhadap perempuan Muslim.

Wanita Muslim di Perancis sudah dilarang mengenakan cadar, atau hijab, di lembaga-lembaga publik seperti kantor pemerintah, sekolah, dan universitas.

Paris

Photo :
  • Pixabay

Selain itu, banyak perusahaan yang mempunyai peraturan tidak tertulis yang melarang mempekerjakan perempuan yang mengenakan jilbab atau memutuskan untuk mulai mengenakan jilbab selama bekerja.

Pemerintah Perancis membenarkan pembatasan ini dengan mengutip penafsiran negara tersebut terhadap “laicite,” atau sekularisme yang dipaksakan oleh negara, yang melarang simbol-simbol keagamaan di dalam lembaga-lembaga negara.

Larangan cadar selama Olimpiade Paris telah memicu gelombang kemarahan di dunia maya, dan seruan untuk memboikot acara tersebut mendapatkan momentum di media sosial.

Kritikus berpendapat bahwa acara olahraga seharusnya tidak memiliki wewenang untuk melarang simbol-simbol agama, terutama jika simbol-simbol tersebut tidak mengganggu kompetisi.

Oudea-Castera juga mengkritik Komite Olimpiade Internasional (IOC) karena mengambil sikap berbeda mengenai masalah ini, dan menyoroti apa yang dia lihat sebagai inkonsistensi dalam kebijakan badan penyelenggara.

IOC menganggap pemakaian cadar sebagai praktik budaya dan bukan agama, yang berbeda dengan perspektif Perancis.

Organisasi olahraga terkemuka lainnya, Federation Internationale de Football Association (FIFA), telah mengizinkan perempuan mengenakan jilbab sejak 2014.

Namun, Dewan Negara Prancis memutuskan pada bulan Juni bahwa mengenakan jilbab di sepak bola wanita akan tetap dilarang, sehingga memberikan wewenang kepada Federasi Sepak Bola Prancis untuk memberlakukan peraturan yang dianggap perlu untuk “kelancaran” pertandingan.

Kontroversi seputar cadar dalam olahraga menyusul larangan Perancis baru-baru ini terhadap abaya di lembaga-lembaga pendidikan. Menteri Pendidikan Perancis, Gabriel Attal, mengumumkan pelarangan abaya, menggambarkannya sebagai tindakan keagamaan yang menantang prinsip sekularisme.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya