12 Tahun Konflik Dualisme PTMSI, Mantan Atlet Tenis Meja Angkat Bicara

Mantan atlet tenis meja, Ling Ling Agustin
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Organisasi tenis meja Indonesia mengalami konflik berkepanjangan. Sudah 12 tahun dualisme kepengurusan terjadi, tapi tak kunjung ada solusi.

Profil Dio Novandra, Pacar Megawati Hangestri yang Dikenalkan ke Para Pemain Red Spark

Tiga pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan tujuh perhelatan SEA Games terlewati. Masalah ini menjadi penghambat pembinaan tenis meja di Indonesia, dan itu menghancurkan masa depan atlet.

Mantan atlet tenis meja Indonesia, Ling Ling Agustin angkat bicara. Sebagai Anggota Komisi Atlet Komite Olimpiade Indonesia, dia merasa bertanggung jawab mengenai masa depan para atlet. Apalagi ini adalah cabang olahraga yang populer.

Thomas Cup dan Uber Cup Kobarkan Semangat Atlet Jelang Olimpiade 2024

Suasana pertandingan babak penyisihan Turnamen Tenis Meja Asia Tenggara (SEATTA) 2018 di GOR Merpati, Denpasar, Bali, Kamis, 15 November 2018.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Tapi sudah beberapa tahun belakangan, tak ada lagi wakil tenis meja Indonesia yang berprestasi di ajang regional maupun internasional.

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

"Saya itu pelaku sekaligus saksi sejarah di mana Indonesia mampu menyapu bersih tujuh medali emas yang diperebutkan untuk disumbangkan bagi Kontingen Indonesia pada SEA Games 1993 Singapura," kata Ling Ling.

"Saat itu lah, kejayaan tenis meja Indonesia di mana PB PTMSI dipimpin Pak Ali Said SH. Sekarang tenis meja Indonesia semuanya sudah berantakan. Bukan hanya tatanan pembinaan tenis meja Tanah Air saja yang rusak tetapi impinan atlet-atlet tenis meja terkubur beberapa generasi," imbuhnya.

Ling Ling Agustis yang juga pemilik klub Cahaya Nusantara mengaku sedit ketika melihat pembukaan Asian Games 2023 Hangzhou. Tidak ada atlet Indonesia di dalam kontingen.

Keberadaan PP PTMSI yang dipimpin Oegroseno dan PB PTMSI pimpinan Peter Layardi menurut Ling Ling tidaklah ada manfaatnya.

"Selama 12 tahun konflik dualisme tak kunjung selesai. Padahal, semuanya mengkliam dirinya paling mencintai tenis meja dan selalu memikirkan nasib atlet tenis meja Indonesia. Kenapa konflik tidak selesai? Ya itu, Pak Oegroseno yang memimpin PP PTMSI merasa paling berkuasa di ajang event internasional karena menjadi anggota ITTF sementara Peter Layardi yang memimpin PB PTMSI merasa paling berhak di ajang PON karena didukung KONI Pusat, " jelasnya.

Oegroseno dan Peter Layardi yang mengaku pecinta tenis meja dan selalu bicara soal kepentingan atlet mestinya legawa. Terlebih sudah ada upaya dari Menpora Dito Ariotedjo untuk menyelesaikan konflik ini.

"Harusnya PP PTMSI pimpinan pak Oegroseno yang sudah banyak Pengprov PTMSI-nya yang mundur harusnya legowo. Begitu juga dengan PB PTMSI pimpinan Peter Layardi dengan memberikan kesempatan bagi figur lain memimpin. Kerusakan tatanan pembinaan tenis meja ini kan akibat masing-masing mempertahankan ego masing-masing," tandasnya.

Ling Ling Agustin merupakan salah satu atlet tenis meja andalan Indonesia. Dia  bukan hanya mengoleksi lima medali emas SEA Games. Tetapi, Lingling yang berpasangan dengan Rossy Syech Abubakar juga tercatat sebagai ganda terbaik Asia Tenggara dan masuk dalam 16 Besar Asia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya