Suka-duka Menjadi Seorang Pegangguran

Nabilah eks JKT48
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Siapa yang bisa mengira kalau ternyata obsesi adalah impian dan harapan yang bisa terwujud? Dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, aku pernah terobsesi untuk menjadi seorang pengangguran di masa yang akan datang, atau masa depan. Dan akhirnya, obsesiku terwujud. Obsesi terwujud ketika aku sedang menonton suatu sinetron yang ada di televisi.  

Bursa Asia Menguat Tersengat Lonjakan Dua Indeks di Wall Street

Bodoh jika aku mengatakan, sudah menjadi kebanggaan sendiri karena obsesiku telah menjadi kenyataan. Ya, aku memang bodoh. Masa terobsesi mau jadi pengangguran? Orang lain saja ada yang terobsesi untuk menjadi pengusaha muda, sukses dan kaya raya, pegawai negeri sipil, artis, pemain film, pemain bola dan banyak lagi.

Obsesi dan cita-cita menurutku berbeda. Obsesi adalah keinginan yang muncul sesaat dan sekilas saja, sedangkan cita-cita adalah keinginan yang muncul sekali, namun bisa teringat selama kita masih hidup. Seperti cita-cita ketika masih SD. Orang-orang pasti mengingat cita-cita mereka ketika masih SD, lalu cita-cita tersebut tidak akan hilang dan terlupakan walaupun ada cita-cita baru yang muncul ketika memasuki masa-masa SMP dan SMA.  

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.858 per Dolar AS, Ini Pendorongnya

Jika seseorang disuruh mengingat kembali apa obsesinya, pasti mereka bingung dan sulit menjawabnya. Menjawabnya dengan tergagap, menggaruk kepala dan memutar bola mata. Ketika ditanya “Apa cita-citamu?”, aku menjawab “Penulis”. Ketika ditanya “Apa obsesimu?”, aku tidak akan langsung menjawab, aku akan meminta waktu untuk mengingat. Ketika sudah teringat, walaupun hanya sekilas, tapi tanpa kusadari, ternyata obsesiku telah terwujud.

Ketika terobsesi, seseorang bisa saja menjadi terlihat bodoh dan merasa dirinya itu aneh. Seperti terobsesi akan seseorang yang disukainya. Ya, terobsesi akan si pujaan hati yang tampak cantik, begitupun sebaliknya bagi seorang perempuan, seseorang yang tampak gagah dan tampan. Hingga merasa jatuh hati dan ingin menghabiskan masa tua bersama sang pujaan hati tersebut.

Waka MPR Ibas ke Mahasiswa di Gedung DPR: Anda Mau Jadi Politisi, Disini Tempatnya

Ketika terobsesi seperti itu, aku merasa bodoh dan konyol. Hingga satu-satunya obsesiku ketika masih umur belasan tahun tersebut tidak akan pernah terwujud, karena perempuan yang sudah menjadi cinta pertamaku tersebut sudah menikah beberapa tahun yang lalu. Kupikir-pikir, mungkin obsesi yang itu adalah impian terkonyol dan terbodoh yang pernah ada.

Obsesiku yang pernah ingin menjadi seorang pengangguran di masa depan baru kusadari akhir-akhir ini, ketika aku sedang menemani mantan pacarku untuk mencari pekerjaan. Kehidupan yang berjalan seperti air yang mengalir tanpa tujuan, juga seperti awan yang berjalan tanpa tujuan di atas langit.  

Enak dan sukanya menjadi pengangguran, tidak ada yang larangan untuk menggondrongkan rambut, hidup bebas seperti burung di langit, mau tidur jam berapa dan mau bangun jam berapa pun juga tidak ada yang melarang. Duka dan tidak enaknya, terkadang sering kena omel dan ceramah. Padahal aku punya alasan tersendiri karena bangun selalu kesiangan dan tidur suka malam-malam.

Aku tidur malam karena terkadang aku menghabiskan waktuku untuk menulis cerita, lalu tidur dini hari, hingga membuatku harus tidur selama 8 jam. Kurang dari 8 jam pernah. Mungkin bagi mereka yang aku lakukan sangat tidak berguna dan tidak bermanfaat, tapi yang jelas, selama menjadi pengangguran dan aktif menulis cerita, aku menyempatkan waktuku jika mereka meminta bantuan padaku.

Sekarang, aku terobsesi untuk bisa pergi ke Jakarta, bertemu Nabilah JKT48 dan motivatorku Raditya Dika, sekalian aku ingin melihat Monas. Aku tidak tahu apakah obsesiku yang satu ini bisa terwujud atau tidak.  (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie, Pekanbaru)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya