Membongkar Modus Preman Memalak Sopir di Parkiran SUGBK

Dok VIVA: Preman SUGBK sedang memalak sopir bus wisata.
Sumber :
  • Anwar Sadat - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Praktik pungutan liar yang terjadi di lahan parkir kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), membuat para pengunjung resah. Sebab, nominal pungli juga cukup besar dibandingkan dengan harga tiket masuk di loket parkir.

Cari Atlet Berbakat, Triathlon Buddies 2024 Bakal Diikuti 250 Peserta

Untuk kendaraan roda empat, tiket masuk resmi di loket dikenakan biaya Rp5 ribu. Namun, begitu masuk ke lahan parkir dan mencari parkir, pengemudi kendaraan roda empat dimintai biaya sebesar Rp10 ribu. Untuk bus, tarif resmi di loket parkir sebesar Rp40 ribu, namun ketika memasuki tempat parkir dimintai biaya Rp20 ribu.

Keberadaan para preman yang menguasai lahan-lahan parkir di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno atau SUGBK Senayan, Jakarta, sungguh sangat meresahkan masyarakat.

Half Marathon Digelar dari Monas ke GBK, Heru Budi: Bagian HUT DKI Jakarta ke-497

Bagaimana tidak, para preman yang jumlahnya cukup banyak itu, secara terang-terangan memaksa sopir dan pemilik mobil yang masuk ke area kantung parkir SUGBK, untuk membayar 'uang jago'.

Bahkan, 'uang jago' yang mereka minta secara paksa ke sopir dan pemilik mobil, nilainya cukup besar dan lebih mahal dari tarif resmi yang diterapkan bagi kendaraan yang akan masuk.

Dukung Palestina, Aqua Ambil Bagian Meriahkan Acara 'Run For Palestine' di GBK

Untuk kendaraan roda empat, tarif resmi masuk area SUGBK sebesar Rp5 ribu per kendaraan. Tapi, ketika kendaraan sudah masuk ke area parkir, mau tidak mau, akan dihampiri para preman dan dipaksa membayar lahan parkir sebesar Rp10 ribu.

"Langsung datang-datang minta 10 ribu rupiah. Padahal di depan di loket resmi sudah bayar 5 ribu rupiah. Tapi ini dimintain lagi 10 ribu rupiah. Sudah enggak ada kuitansi, atau tanda pembayaran. Berarti ini enggak resmi. Ini pungli namanya," ujar Anwar, pemilik mobil yang parkir di depan Gedung Jakarta Convention Center, SUGBK, Kamis 21 September 2017.

Sementara itu, untuk kendaraan jenis bus, tarif resmi masuk hanya Rp40 ribu per kendaraan. Namun, oleh para preman, sopir bus akan dipalak untuk membayar 'uang jago' sebesar Rp20 ribu.

"Saya bayar tiket di depan empat puluh ribu, terus kata petugas loket sudah tak ada bayar lagi di dalam. Tapi saat ke tempat parkir saya diminta bayar dua puluh ribu. Sudah begitu mintanya maksa, kayak memalak," kata Rojikin, sopir bus pariwisata yang parkir untuk mengantarkan rombongan mahasiswa.

FOTO: Petugas keamanan SUGBK cuma diam lihat preman memalak sopir bus.

Sayangnya, aksi premanisme ini seolah dibiarkan dan cenderung dilindungi petugas keamanan kawasan SUGBK.

Hal itu terbukti ketika Rojikin mengadu soal pemalakan yang dilakukan preman kepada seorang petugas satuan pengamanan SUGBK. Seolah tanpa beban, petugas itu malah menyuruh Rojikin untuk mengikuti kemauan para preman itu.

"Satpamnya malah bilang, 'Sudah kasih saja untuk uang rokok'. Saya kasih seikhlasnya lima ribu. Tapi enggak mau malah ngotot minta dua puluh ribu. Terus saya minta kuitansi dan tanda terima enggak ada. Tapi sudah begitu, ya saya kasih saja," ujar Rojikin.

Sementara itu, terkait aksi preman ini, Sidik, Komandan Pleton Petugas Keamanan SUGBK mengaku tak mampu berbuat banyak membasmi preman di SUGBK.

"Iya memang ada saja, makanya pengemudi juga diharap lebih berhati-hati lagi. Kami juga kewalahan enggak bisa tangani sendiri. Biasanya kami ada operasi. Tapi jarang karena kepentok biaya operasional," ujarnya.

Modus preman penguasa parkir SUGBK

Modus preman penguasa parkir SUGBK

FOTO: Lahan parkir gratis yang dikuasai preman di SUGBK.

Ternyata saat VIVA.co.id mendalami praktik premanisme ini, terbongkar sebuah modus lain yang dilancarkan preman penguasa lahan parkir di SUGBK.

Ternyata, meski sudah membayar tarif resmi di pintu masuk dan sudah memberi uang ke preman yang mengejar mobil ketika masuk, jangan harap sopir akan bebas dari pungutan liar lainnya.

Di area parkir, bisa saja sopir atau pemilik mobil bakal dipaksa untuk membayar lagi, dengan alasan area parkir yang ditempati merupakan area khusus. Modus ini terpantau banyak dilancarkan para preman di sekitar area parkir di depan Gedung JCC.

Berdasarkan pantauan VIVA.co.id, modus khusus yang diterapkan para preman di SUGBK yaitu dengan cara memagari area parkir dengan seutas tali. 

Area parkir yang dipagari bukan sembarang tempat, para preman sengaja mencari area parkir yang lokasi paling strategis dan banyak ditumbuhi pohon.

Seperti diketahui, mayoritas pemilik mobil biasanya lebih suka mencari area parkir seperti yang sudah dipagari para preman itu. Tujuannya agar mobil terlindungi dari sinar Matahari dan mudah dijangkau.

FOTO: Lahan parkir gratis SUGBK dipasangi tali

Untuk area parkir ini, dibanderol tarif parkir liar seharga Rp10 ribu. Padahal sebenarnya area parkir gratis alias tak lagi dipungut tarif parkir.

"Kalau mau parkir di sini nambah lagi 10 ribu rupiah. Kalau di sana sudah bayar, ya di sini tetap bayar lagi," kata salah seorang preman SUGBK di lokasi.

Dia mengakui bahwa biaya Rp10 ribu tersebut merupakan biaya yang tidak resmi. Tidak ada struk ataupun tanda terima lainnya untuk pembayaran Rp10 ribu tersebut.

"Ya enggak ada (aturannya). Tapi kan saya jagain ini dari tadi subuh. Mau parkir di sini ya bayar," ujarnya.

Tindak premanisme bermodus lahan parkir di SUGBK bukan baru kali ini terjadi. Masyarakat berharap kepolisian bisa melakukan penindakan terhadap para preman ini. Jika tidak, preman semakin berkuasa di SUGBK dan bisa mencoreng nama baik Indonesia, sebab tak lama lagi Asian Games 2018 bakal digelar di SUGBK.

Baca: Eksklusif, Penampakan Preman SUGBK Saat Memalak Sopir Bus

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya