Ayah dan Bunda, Jangan Sepelekan Waktu Bermain dengan Anak

Ilustrasi orangtua dan anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Bermain mungkin dianggap sebagai kegiatan yang sepele. Tapi, bagi anak-anak, bermain menjadi salah satu bagian penting dalam perkembangan mereka. Lewat bermain, anak bisa belajar banyak hal.

Nikita Mirzani Nilai Kelakuan Lolly Semakin Memperburuk Keadaan

Hal ini diungkapkan oleh psikolog anak Anita Chandra, M.Psi. Anak akan mendapatkan banyak pengalaman dari bermain. Terutama ketika mereka bermain bersama orangtua.

"Orang dewasa ini bisa jadi fasilitator dan motivatornya, sumber pengetahuan buat anak. Ketika main dengan orangtua, mereka bisa berbagi pengalaman tentang kemampuan pemecahan masalah dan juga berbagi pengalaman emosi, itu penting banget bermain bersama anak dan orangtua," kata Anita kepada VIVA.co.id.

Lolly Ngaku Bakal Berkarier di Indonesia, Ingin Buat Nikita Mirzani Bangga

Meski anak bisa bermain asyik sendiri dengan mainannya, tapi sosok orangtua adalah poin penting dalam aktivitas bermain. Orangtua yang jarang atau tidak pernah bermain bersama anak akan membuat anak tumbuh tanpa pernah punya bekal pengalaman.

Dia tidak akan punya pengalaman pemecahan masalah, sehingga mereka masih memiliki pola berpikir anak.

Ada Apa dengan Lolly? Ungkapan Capek dan Keinginan Hidup Tenang Jadi Sorotan

Bagaimana pun untuk anak bisa menaiki level berikutnya, ia tetap butuh bantuan orang yang lebih tahu yaitu orang dewasa. Ketika ia tidak memiliki orang dewasa yang mendampinginya, dia akan tetap berada di level yang sama.

"Kalau ada orang dewasa, dia ada yang men-challenge dan akhirnya bisa naik ke level yang berikutnya," kata Anita.

Sama dengan emosi dan kognitif. Emosi pada level anak, dia akan marah. Tapi ketika didampingi orang dewasa, anak bisa ditanya apa yang membuatnya marah, bagaimana cara yang baik bila ia marah, jadi ada bantuan bagaimana anak mengelola emosinya.

Bila anak tidak mendapatkan bantuan orangtua, ia akan tetap pada pemikiran anak-anak yang tidak sabaran. Mungkin ia dewasa secara usia, tapi secara psikologis emosi, psikososialnya tidak sampai dewasa. Berpikirnya masih satu arah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya