SOROT 461

Lampu Kuning dari Sang Legenda

Pabrik jamu PT Njonja Meneer yang berada di Jalan Raya Kaligawe, Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA.co.id – Raut muka Siti Musliatun terlihat letih. Keringat masih membasahi wajahnya. Dua jam sudah ia mengayuh sepeda tuanya. 

Respon Airlangga soal Jokowi Hingga Bahlil Mau Jadi Ketua Umum Golkar

Jarak 20 kilometer ditempuh dari tempat tinggalnya di Desa Perampelan, Sayung, Kabupaten Demak menuju Kota Semarang. Saban hari, jarak sejauh itu ia tempuh. 

Tak ada maksud lain. Siti hanya ingin menagih hak pesangon dari perusahaan bekas tempatnya bekerja, PT Nyonya Meneer. Perempuan berusia 57 tahun itu bekerja di pabrik jamu legendaris itu sejak 1983. 

Airlangga Tegaskan Golkar Belum Minta Jatah Kursi Menteri: Masih Tunggu KPU

Namun, delapan bulan terakhir, Siti tak pernah lagi menerima upah. Sejak itu pula, ia bertekad menagih tanggung jawab PT Nyonya Meneer hingga haknya dipenuhi.

Siti Musliatun, bekas buruh pabrik jamu PT Nyonya Meneer, bersepeda untuk menuntut haknya dari rumahnya di Demak menuju pabrik di Semarang pada Senin, 7 Agustus 2017.

Perlu Ada Tim Transisi dari Pemerintahan Jokowi ke Prabowo? Politisi Golkar Bilang Begini

Siti Musliatun (kiri) saat mengayuh sepeda menuju ke pabrik PT Nyonya Meneer di Jalan Kaligawe Semarang, Jawa Tengah. (VIVA.co.id/Dwi Royanto)

Saat tiba di salah satu pabrik PT Nyonya Meneer di Jalan Raden Patah Kota Semarang, tangannya bergegas mengetuk pintu yang sudah terkunci. Namun, harapannya selalu hampa. Tak ada seorang pun yang membukakan pintu berkarat itu.

"Saya mau tagih lagi pesangon saya yang ditunggak pabrik delapan bulan. Saya tiap hari berangkat dengan sepeda," kata Siti saat ditemui VIVA.co.id pada Senin, 7 Agustus 2017.

Siti datang pagi-pagi karena sebelumnya dijanjikan akan diberikan pesangon oleh seorang mandor pabrik bernama Yuni. Tapi, lagi-lagi, janji itu tak juga terealisasi karena sang mandor tak juga menemuinya.

Sebagai buruh lepas sejak 34 tahun silam, tugas Siti memilah bahan baku obat-obatan jamu menjadi serbuk jamu. Dari bekerja di bidang pengayakan jamu itu, dia mendapatkan upah Rp70 ribu per hari. 

Kondisi yang dialami Siti kian pahit saat dipindah kerja dari pabrik di Jalan Kaligawe ke Jalan Raden Patah pada tahun 2000-an. Sejak saat itu, pekerjaan produksi jamu semakin menyusut. Sang mandor kadang-kadang memintanya libur karena produksinya yang menyusut.

Siti memang tak sendiri. Isubroto, pegawai pensiunan pabrik jamu tertua di Indonesia itu, juga merasakan kegetiran serupa. Tangan pria 62 tahun itu tampak gemetar. Wajahnya berkaca-kaca dan memperlihatkan kerisauan. 

Lipatan koran dipegangnya dengan erat saat hendak memulai percakapan ihwal nasib masa tuanya yang terlunta-lunta. Kerisauan Broto bukan tanpa alasan. Sejak diminta pensiun pada 2016, Broto ternyata belum mendapatkan uang pesangon atas pengabdiannya selama puluhan tahun.

"Saya baru tahu kalau perusahaan akhirnya tutup. Sekarang hanya bisa pasrah, enggak bisa berbuat apa-apa lagi," kata Broto saat ditemui di rumahnya, Sabtu, 5 Agustus 2017. [Baca juga: Nyonya Meneer Tak Lagi Kuat Berdiri]

Broto telah 25 tahun bekerja di pabrik jamu asli Semarang itu. Karier Broto dilalui sebagai seorang sopir mobil karyawan sejak 1991. Selama bekerja di pabrik tersebut, Broto terhitung sebagai karyawan yang cukup berprestasi. Tak sekalipun dirinya mendapatkan teguran dari perusahaan. [Lihat Infografik: Sejarah Industri Jamu]

Seharusnya, uang pensiunan yang harus diterimanya sebesar Rp63 juta. Namun, nominal yang menjadi haknya itu hingga kini tak juga dibayarkan perusahaan.

Selanjutnya, Jatuh Pailit

Jatuh Pailit

Perusahaan jamu Nyonya Meneer di Jalan Kaligawe Km 4, Semarang, Jawa Tengah, kini memang tak lagi berkibar. Bangunan pabrik jamu yang berdiri sejak 1919 tersebut itu sunyi. Tak ada aktivitas produksi.  

Ribuan buruh yang biasanya lalu lalang beraktivitas di pabrik tersebut, tak lagi ditemui. Hanya terlihat sebuah spanduk berukuran 1,5 meter x 3 meter berwarna kuning terpampang di pagar hijau yang sedikit keropos termakan zaman.

Spanduk yang cukup kontras itu ternyata segel Pengadilan Negeri Semarang. Salah satu tulisan besar pada spanduk itu menyebut, "Obyek Kawasan Ini dalam Sita Umum," Pada bagian bawah tertulis bahwa pabrik telah disegel dan dalam penguasaan pihak kurator.

Atas kondisi dalam segel tersebut, siapa pun dilarang untuk memasuki, menggunakan, menguasai, menggali, mengambil serta merusak tanah dan seluruh isinya. Otomatis seluruh proses produksi jamu tidak lagi dapat dilakukan.

"Baru pagi tadi segelnya terpasang. Kemarin saya lewat sini belum ada. Makanya saya memutuskan melihat lebih dekat isi tulisan segel itu," kata Endang (53) salah satu karyawan Nyonya Meneer, kepada VIVA co.id, Rabu, 9 Agustus 2017.

Warga Kampung Mbusuk, Kecamatan Sayung, Demak ini, meniti karier sejak 1979 di bagian produksi khusus jamu bersalin. Selama 35 tahun bekerja, ia telah tiga kali pindah lokasi pabrik dari Jalan Kaligawe, Raden Patah, dan Letjen Suprapto.

Ia mengakui, telah merasakan pahit manis bekerja di pabrik jamu tertua di Indonesia itu. Sebelum tahun 2000, Endang bahkan diangkat menjadi mandor dengan bayaran harian yang sangat cukup untuk menopang hidup keluarga.

sorot jamu - Nyonya meneer - njonja meneer

Endang saat mendatangi Pabrik PT Nyonya Meneer yang berada di Jalan Kaligawe Semarang. (VIVA.co.id/Dwi Royanto)

Menurut Endang, Nyonya Meneer mulai dirundung masalah di awal tahun 2000-an. Saat itu, produksi sejumlah jamu sudah terus berkurang. Beberapa karyawan juga telah ada yang dirumahkan. 

Puncaknya, pada 2016, saat banyaknya karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga belum menerima pesangon. Ratusan karyawan yang masih tetap bekerja pun banyak yang belum mendapatkan upah dan Tunjangan Hari Raya.

Perusahaan yang didirikan oleh Lauw Ping Nio atau nama asli dari Nyonya Meneer ini kemudian diputus pailit atau bangkrut oleh Pengadilan Negeri Semarang pada 3 Agustus 2017.  

Keputusan pailit Nyonya Meneer yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan Negeri Semarang Nani Indrawati tentunya berdasarkan gugatan salah satu kreditur dari Sukoharjo bernama Hendrianto Bambang Santoso.

Dalam putusannya, pengadilan menyatakan, pabrik jamu itu pailit setelah sengketa utang antara perusahaan dan para kreditur tak juga selesai. Perjanjian damai atas pelunasan utang perusahaan dengan kreditur pun akhirnya dibatalkan. 

Batalnya perjanjian yang sangat diharapkan oleh sejumlah pihak itu pun terjadi lantaran rentang waktu yang telah disepakati kedua pihak, tidak juga ditaati oleh perusahaan. 

Dalam perjanjian damai sebelumnya, total tagihan utang yang harus dibayar Nyonya Meneer senilai Rp198 miliar. Rincian itu meliputi utang terhadap kreditur konkuren Kantor Pajak Pratama Madya Rp22,8 miliar, kreditur Bank Papua Rp68 miliar, lalu tagihan utang lain-lain termasuk pembayaran buruh mencapai sekitar Rp87,7 miliar.

Pengadilan Negeri Semarang, Jawa Tengah, pun telah mengadakan rapat bersama tim kurator yang menghadirkan para kreditur dan debitur. Rapat dilakukan untuk mencocokkan nilai utang yang ditanggung perusahaan jamu legendaris itu.

Menurut salah satu tim kurator Nyonya Meneer, Ade Liansah, hingga saat ini baru tiga kreditur yang tercatat melaporkan terkait piutangnya kepada Nyonya Meneer. Mereka terdiri atas 18 karyawan Taman Jamu dan PT JNE serta kreditur pribadi bernama M Azhar

"Sampai saat ini baru tiga kreditur yang melaporkan kepada kami," kata Ade, Jumat, 11 Agustus 2017.

Adapun piutang yang diajukan senilai Rp3,503 miliar dengan rincian Rp107 juta untuk karyawan Taman Jamu dan PT JNE serta Rp3,396 miliar untuk kreditur M Azhar. 

Ia mengatakan, untuk batas akhir pengajuan tagihan atau pajak kepada tim kurator yakni hingga  21 Agustus 2017. Pengajuan itu dilakukan langsung di kantor tim kurator. 

Setelah pengajuan ditutup, pihak kurator akan langsung melakukan rapat verifikasi pajak atau pencocokan piutang yang harus dibayarkan Nyonya Meneer. Rapat itu dijadwalkan pada 5 September 2017.

Sementara itu, Hakim Pengawas di PN Semarang, Edi Suwanto mengatakan, pertemuan bersama tim kurator serta debitur dan kreditur Nyonya Meneer ini, baru dilakukan pertama setelah putusan pailit Kamis pekan lalu.

Ia berharap, para kreditur yang belum tercatat tim kurator hari ini bisa melaporkan sesuai jadwal yang telah tertera untuk selanjutnya akan dicocokkan jumlah piutangnya.  

"Apabila saudara mengajukan tagihan, bisa ke tim kurator, terakhir tanggal 21 Agustus jam 16.00 sore," katanya.

Saat ini, aset pabrik jamu yang berdiri sejak 1919, kini sepenuhnya dikuasai tim kurator. Pabrik yang berada di Jalan Kaligawe Km 04 Semarang bahkan telah disegel. Selanjutnya tim kurator akan memulai memverifikasi jumlah total utang yang dialami perusahaan ini.

Selanjutnya, Salah Urus?

Salah Urus?

Rontoknya perusahaan jamu khas Indonesia itu menjadi catatan besar bagaimana sebaiknya pengelolaan bisnis jamu di Tanah Air. Terlebih pasar yang cukup besar seharusnya bisa tetap menjadi ladang usaha potensial.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani, mengatakan, kasus yang terjadi pada Nyonya Meneer sebenarnya sulit dikomentari. Sebab, perusahaan yang cukup besar ini ternyata kesulitan membayar utang.

Menurut dia, jika melihat kondisi yang terjadi pada Nyonya Meneer saat ini, tentu ada pengelolaan internal perusahaan yang tidak maksimal. Terlebih, pasar produk jamu di Indonesia masih cukup besar dan memiliki pertumbuhan yang baik.

Kondisi itu bisa terlihat dari perusahaan jamu sejenisnya di Indonesia saat ini. Ia pun menyebut contoh Sido Muncul yang masih bisa eksis hingga sekarang. Kinerja perusahaan stabil dan berkembang, bahkan melakukan diversifikasi ekspor.

"Tetapi jujur kami tidak tahu (Nyonya Meneer), karena tidak ada kabar-kabar dari perbankan juga. Krediturnya perorangan, bukan perbankan. Kalau perbankan mungkin kami tahu," tutur Haryadi kepada VIVA.co.id.

Ia menilai, bila sebuah perusahaan tidak dikelola dengan baik, semua usaha pasti kolaps. Sebaliknya, bila dikelola baik tentu perusahaan masih akan terus berkembang. 

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono, mengungkapkan, pailitnya Nyonya Meneer memang sangat disayangkan semua pihak. Terlebih perusahaan jamu ini sudah lama berdiri.

Saat ini, menurut Achmad, industri jamu yang besar hanya bisa dihitung dengan jari. Sementara itu, industri jamu skala menengah kecil ada sekitar 700 perusahaan. Kondisi ini pun menjadi perhatian pemerintah untuk membantunya tetap eksis di Tanah Air.

Ia menuturkan, industri jamu dan kosmetik Indonesia masih bisa tumbuh di atas 10 persen dan itu bisa terlihat di sejumlah produk dalam negeri. Pada semester I-2017, industri itu tumbuh 7-8 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu, dalam upaya mendukung eksistensi industri tersebut, pemerintah terus mengawalnya. Khususnya pada industri kelas menengah. Cara itu dilakukan dengan sosialisasi untuk meningkatkan produksi jamu agar bisa diterima oleh pasar lebih luas.

Namun, Direktur Keuangan PT Sido Muncul, Venancia Sri Indrijati, mengakui, secara umum pada semester I-2017 penjualan produknya mengalami penurunan, khususnya pada produk minuman energi drink.

Menurut dia, untuk produk minuman energi penurunannya cukup tajam, sehingga secara keseluruhan pendapatan perusahaan juga ikut terkoreksi. Turunnya produk energi tersebut tercatat mencapai sekitar 27 persen dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, untuk produk herbal yang diproduksi Sido Muncul, Venancia mengakui masih terlihat tanda-tanda pertumbuhan yang positif. Untuk Semester I-2017 produk herbal tumbuh 5,9 persen.

"Menghadapi situasi ini, kami upayakan adalah mengubah atau meningkatkan produk minuman menjadi produk herbal, seperti Tolak Angin, Pegal Linu, kemudian seperti Kapsul Kulit Manggis. Iklan akan ditingkatkan," ujar dia kepada VIVA.co.id.

sorot jamu - Nyonya meneer - njonja meneer

Direktur PT Sido Muncul Tbk. Irawan Hidayat (tengah) saat menyapa para penjual produk Sido Muncul pada mudik gratis Sido Muncul di Museum Purna Bhakti Pertiwi, TMII, Jakarta Timur. (ANTARA FOTO/Saptono)

Direktur Marketing PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, menambahkan, adanya situasi tidak baik pada perusahaan industri jamu sejenis saat ini, tentunya menjadi pelajaran bagi seluruh industri jamu di Tanah Air.

Dan untuk Sido Muncul, ia mengatakan, hal itu terus diatasi dengan berbagai review produk yang sudah dipasarkan. Terlebih, Sido Muncul memang selalu melakukan inovasi dalam setiap produk.

"Kalau mau jadi kelas dunia harus laku di negerinya sendiri dulu. Kami tetap optimis dong. Karena yang terpenting kan bagaimana bisa tetap berinovasi untuk memenuhi permintaan pasar," ujar Irwan kepada VIVA.co.id. 

Selanjutnya, Perlu Inovasi

*

Perlu Inovasi

Tidak banyaknya upaya perbaikan penjualan produk jamu yang dilakukan industri di Tanah Air, ditengari menjadi penyebab mulai turunnya pendapatan usaha. Bahkan, kondisi ini yang diperkirakan membuat Nyonya Meneer terlilit utang akibat turunnya laba.

Situasi ini pun diakui oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Dwi Ranny Pertiwi Zarman. Ia menilai, peluang pasar jamu di dalam negeri tidak menurun dan justru semakin naik.

Bahkan, industri dan usaha-usaha jamu kini bermunculan dalam skala menengah kecil. Selain itu, sejumlah industri farmasi yang ada ikut berinvestasi di produk bahan alam, sehingga menjadikan persaingan jamu kian ketat.

Untuk itu, Dwi menilai, dengan persaingan yang begitu ketat di dalam usaha jamu, industri dalam negeri perlu mengikuti zaman, regulasi dan kesesuaian dalam sumber daya manusia (SDM), sehingga mampu menjaga eksistensi usaha. 
 
"Dalam dunia usaha, semua bisa terjadi, banyak indikator yang bisa menyebabkan berkembang atau menurunnya kemampuan sebuah perusahaan. Bisa dari dalam maupun luar perusahaan," ujar Dwi.

Selain itu, agar usaha tetap bertahan, sejumlah industri jamu di dalam negeri perlu melakukan peralihan. Saat ini, lanjut Dwi, sudah banyak industri jamu yang mulai beralih ke dunia pangan atau kuliner, seperti masuk ke usaha waralaba bakso.

"Jadi yang peralihan ini ada, bisnis bakso untuk outletnya semakin banyak dan bisnis jamunya tetap jalan, walau perjuangannya masih panjang untuk menjadi hebat seperti dahulu," ujarnya.

Adapun hal-hal yang bisa ditempuh untuk menjaga eksistensi industri jamu yaitu dengan mendukung program sinergi ABGC. Urusan jamu itu bukan semata-mata pekerjaan pengusaha, tapi juga Akademisi, Business, Government, dan Comunity. Kalau semua bisa sinergi bukan hal yang mustahil industri jamu bisa mendunia.

Selanjutnya, membangun kemitraan di semua lini. Begitu juga sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan usaha jamu. Regulasi yang bagus, yang saling mendukung perkembangan usaha jamu pun menjadi faktor penting.

Edukasi kepada pengusaha-pengusaha baru agar mampu menerapkan sistem mutu sejak awal memulai usahanya, juga komitmen-komitmen lainnya, semestinya sudah diterapkan sejak dini. Kebersamaan melalui organisasi pun, sebagaimana yang saat ini sudah ada, seperti GP Jamu itu, perlu makin disosialisasikan.

Upaya lain dengan memupuk kemandirian pelaku usaha. "Jangan sampai mereka habis dananya karena menggunakan calo dalam pengurusan izin usaha dan izin edar produknya," tuturnya.

Pelatihan dan training-training terapan perlu dilakukan baik secara mandiri oleh pelaku usaha atau pemerintah sebagaimana yang saat ini dilakukan melalui bimbingan teknologi.

Senada dengan GP Jamu, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menilai, pada dasarnya industri jamu di Tanah Air masih dalam kondisi positif. Bahkan, permintaan dari luar negeri justru meningkat.

Menurut dia, tudingan-tudingan adanya peralihan konsumsi dari tradisional ke e-commerce hingga saat ini masih belum terbukti. Terlebih tudingan maraknya jamu ilegal beredar luas di pasar.

"Kami masih tumbuh bagus kok, pasarnya juga bagus. Sekarang ini banyak tudingan saja, jamu yang ilegal itu tidak punya izin produksi dan masyarakat sekarang jauh lebih pintar. Tidak mau beli barang tanda izin," tuturnya.

Untuk itu, dalam upaya mendorong peningkatan industri jamu menengah ke bawah, kementerian telah membantu pemasaran, programnya IKM Smart. Dari situ diberikan bimbingan teknis, bantuan mesin atau peralatan baru dengan potongan harga. 

Selain itu, kementerian terus menyiapkan sejumlah event atau pameran jamu. Tidak hanya produk jamu yang di tampilan, tapi produk makanan dan minuman, suplemen, serta lain-lain. 

"Omzet mereka besar sekali. Jadi sebenarnya industri jamu ini masih banyak peminat. Belanda saja datang jauh-jauh mau ambil rempah-rempah di sini. Jamu dari mana? Rempah-rempah," ujarnya.

Selanjutnya, Penyelamatan Nyonya Meneer

Penyelamatan Nyonya Meneer

Di tengah berbagai upaya penyelamatan Nyonya Meneer, justru angin segar berembus dari rencana pengusaha kawakan nasional, yaitu Rachmat Gobel, yang akan membantu penyelesaian utang perusahaan jamu legendaris itu.

Mantan menteri Perdagangan tersebut bahkan secara khusus disebut telah menemui Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang dan mendengar langsung keluh kesah yang dihadapi industri tersebut.  

Bahkan, isu yang berembus, Rachmat Gobel sepakat untuk menyelamatkan Nyonya Meneer dari kepailitan, lalu segera terlibat dalam proses restrukturisasi utang dan akan menindaklanjuti dengan pertemuan tim keuangan kedua pihak. 

sorot jamu - Nyonya meneer - njonja meneer

Tim Kurator PT Perindustrian Njonja Meneer yang ditunjuk Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang menyegel pabrik jamu milik PT Njonja Meneer di Jalan Raya Kaligawe, Semarang, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Aji Styawan) 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Dwi Ranny Pertiwi, saat berbincang dengan VIVA.co.id melalui sambungan telepon, menjelaskan soal kabar upaya penyelamatan Nyonya Meneer itu.   

Dwi mendengar kabar tersebut langsung dari Presiden Direktur PT Nyonya Meneer, Charles Saerang, Rabu malam 9 Agustus 2017.

“Saya dengar dari Pak Charles langsung, kalau semalam itu ada pertemuan. Semalam kami ngobrol sedikit, dan katanya sudah ada titik terang,” kata Dwi di Jakarta, Kamis 10 Agustus 2017.

Sementara itu, Haryadi Sukamdani menambahkan, dalam upaya penyelamatan Nyonya Meneer, langkah cepat yang harus dilakukan tentu adalah segera menyelesaikan dan melunasi semua utang yang dimiliki perusahaan tersebut.

Sebab, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain hal itu saat ini. “Hanya tinggal dilunasi saja utangnya. Pasti kelar. Karena tidak ada cara lain,” katanya kepada VIVA.co.id.

Sementara itu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, terkait dengan bangkrutnya Nyonya Meneer, pemerintah mengakui perlu penanganan khusus agar industri jamu sejenis tidak mengalami nasib yang sama.

Menurut Airlangga, dalam pengelolaan industri jamu di Tanah Air perlu penanganan yang berbeda dengan industri farmasi yang ada. Sebab, ada beberapa hal yang nyatanya justru memperberat industri jamu untuk bisa eksis.

"Ke depan dengan melihat kasus ini, tentu perlu penanganan yang berbeda, karena jamu dan farmasi itu berbeda. Industri herbal ini perlu langkah yang harus disederhanakan," kata Airlangga, di Jakarta, Kamis 10 Agustus 2017.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, Taufiqulhadi mengungkapkan, adanya kasus kepailitan pada perusahaan jamu legendaris Nyonya Meneer diakui menambah deretan kasus pemaksaan palit di Indonesia. 

Menurut dia, syarat untuk mengajukan permohonan pailit perusahaan sangatlah sederhana dan mudah. Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas satu utang jatuh tempo, dapat mudah dipailitkan oleh pengadilan.

Dengan demikian, jika debitur atau satu kreditur mengajukan permohonan pailit dan/ atau tidak menerima rencana atau pelaksanaan pembayaran Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), maka perusahaan itu akan dipailitkan pengadilan.

Kemudian, lanjut dia, dalam konteks ini sesungguhnya negeri ini dalam situasi "darurat kepailitan". Sebab, nyaris semua perusahaan memiliki utang, dan sedikitnya ada dua pemberi utang atau kreditur, sehingga setiap waktu dapat dipailitkan pengadilan. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya