Logo DW

Myanmar Tutup Akses Internet di Rakhine

picture-alliance/E. Htusan
picture-alliance/E. Htusan
Sumber :
  • dw

Lebih dari 730.000 warga muslim Rohingya terpaksa melarikan diri dari Rakhine pada 2017 silam menyusul operasi militer yang digelar Tatmadaw. PBB menuduh operasi tersebut dijalankan dengan "niatan genosida", tulis pemantau PBB dalam laporannya.

Belakangan Rakhine kembali membara ketika pertempuran antara Tatmadaw dan kelompok separatis Arakan Army, memuncak. Akibatnya puluhan ribu penduduk mengungsi dan belasan dinyatakan meninggal dunia.

Anggota legislatif dari kawasan yang terkena dampak penutupan akses internet mengatakan kebijakan pemerintah berdampak negatif terhadap kegiatan ekonomi. Selain itu penyaluran bantuan kemanusiaan ke desa-desa terpencil juga terancam berhenti.

"Sebagian penduduk desa harus mengungsikan diri ketika pertempuran terjadi," kata Khin Saw Wai, anggota parlemen dari Rathedaung. "Kami bisa menolong mereka jika kami membaca pengaduan mereka di Facebook, entah itu membutuhkan makanan atau sedang dalam bahaya."

Anggota parlemen lain, Maung Kyaw Zan, juga mengritik pemerintah karena penutupan internet "tidak bagus buat Rakhine," terutama jika melihat dampak pertempuran yang kian membebani warga sipil.

Tanpa internet, warga akan kesulitan mengakses informasi, kata Aung Marm Oo, Kepala redaksi sebuah situs berita online di Rakhine. "Penutupan akses internet berdampak buruk bagi jurnalisme. Buat kami internet adalah sangat penting untuk mengirimkan data video atau gambar untuk pemberitaan kami," kata dia.

rzn/vlz (Reuters)