Logo BBC

Kisah Pelaut India Diculik Bajak Laut di Perairan Nigeria

Namun proses untuk mendapatkan kualifikasi yang dibutuhkan rumit. Sudeep telah belajar selama lima tahun, dan keluarganya telah merogoh ribuan dolar untuk itu. Pada usia 27 tahun, ia akhirnya lulus dan mendapat kualifikasi untuk menjadi salah satu pengawas di kapal. Ia lalu menato tangan kanannya untuk merayakan kelulusannya dengan gambar kapal layar kecil yang melewati sejumlah segitiga yang menggambarkan laut, dengan jangkar besar menembus tengah laut layaknya belati.

Pagi pertama setelah pelaut diculik, puluhan pria muncul dari hutan dan menembakkan senjatanya ke langit selama hampir setengah jam untuk merayakan keberhasilan pembajakannya. Lima kru dari India, yang ditinggalkan di atas dek kayu seukuran mobil yang mengapung di atas rawa bakau, memandang air coklat di bawah mereka. Mereka kehilangan harapan.

Mereka telah dibawa ke penjara mereka di tengah hutan setelah naik kapal selama berjam-jam melalui delta perairan tersebut. Di hari-hari pertama mereka menjadi sandera, pesan dari bajak laut, yang kadang memukuli mereka, disampaikan dengan jelas: jika tidak ada yang membayar tebusan, kami akan membunuh kalian.

Sudeep masih memakai pakaian dalamnya dan merasa gatal-gatal karena digigit nyamuk. Kulitnya pun penuh gigitan nyamuk. Luka tembakan di kakinya belum diobati, sehingga ia harus menyumpal lumpur ke lubang tembakan tersebut. Kondisi sandera selalu basah mengingat kondisi hutan yang lembab. Mereka tidur bersama di satu alas kotor, dan menyempatkan diri untuk tidur selama beberapa menit sebelum terbangun dan ingat di mana mereka.

Sebelumnya, para bajak laut menyeret sebuah kerangka manusia dari rawa untuk menunjukkan ke para pelaut mantan sandera yang bosnya menolak membayar tebusan. Itu bukanlah satu-satunya ancaman yang mengerikan. Di hari lainnya, mereka ditunjukkan tumpukan batu bata. Kalian macam-macam, dan kami akan mengikat batu ke kaki kalian dan menjatuhkan kalian ke dasar lautan, kata bajak laut.

Sekelompok orang bergantian menjaga sandera dari pinggir sungai, sekitar 10 meter dari mereka. Mereka menghabiskan waktu dengan memancing, merokok marijuana, dan minum alkohol buatan terbuat dari nira aren yang disebut kai-kai--tapi mereka juga menjaga sandera dengan dekat, dan sekali-kali menodongkan senjata ke arah mereka dan meneriakkan peringatan, seolah-olah para sandera bisa tiba-tiba terjun ke air dan kabur.

Sepanjang waktu, Sudeep mencoba untuk berkenalan dengan para penculiknya. Ia mencoba bertanya kabar mereka, atau apakah mereka punya anak. Tapi respon mereka selalu sunyi, atau peringatan. Jangan bicara kepada kami. Sepertinya mereka terikat oleh aturan yang ketat tapi mereka tidak pernah bicara soa nama pemimpin mereka, yang sepertinya berada di wilayah hutan lain. Ia hanya disebut sebagai "The King" atau "Sang Raja."

Sudeep dan sandera lainnya -- Chirag, 22 tahun, Ankit, 21, Avinash, 22, dan Moogu, 34-- tidak punya pilihan lain selain mencoba menyimpan energi mereka dan menunggu sesuatu untuk terjadi. Hidup mereka kini hanya rutinitas yang tidak seru. Satu kali dalam satu hari, biasanya sebelum siang, mereka diberi makan satu mangkok mie instan yang dibagi untuk berlima. Mereka harus membagi makanan tersebut dengan hati-hati, dengan bergiliran memakai satu sendok kotor yang diisi penuh dengan mie satu per satu. Mereka mengulangi ritual itu di malam hari dan menyerahkan mangkok kosong kembali ke pembajak laut.

Untuk minum, mereka diberi air keruh, yang terkadang dicampur minyak. Terkadang mereka sangat haus sampai mereka minum air garam dari sungai. Kapten asal Nigeria dikurung di sebuah gubuk terpisah. Ia diperlakukan lebih baik sehingga kru asal India membencinya.

Di waktu luang, kelima sandera bicara soal hidup mereka di kampung halaman dan rencana masa depan mereka. Mereka memandang lingkungan di sekitarnya--ular meliuk di pepohonan, burung-burung beterbangan di antara pohon bakau. Mereka berdoa. Jika bajak laut melihat monyet, mereka tidak lagi diam. Para sandera dari India akan melihat penculik mengejar monyet tersebut, menembaki mereka. Monyet itu akan dimasak di atas api unggun tapi dagingnya tidak pernah dibagi bersama sandera.

Lumpur di rawa
Getty Images

Para pelaut mencoba untuk menghitung setiap matahari terbenam dengan mengukir anak panah kecil di potongan kayu tempat mereka tidur. Mereka kadang mengigau--beberapa sandera, termasuk Sudeep, terkena malaria. Sembari berbisik, mereka membahas skenario di mana bajak laut berencana membunuh mereka dan mereka melawan. Jika mereka mati, mungkin mereka bisa membunuh setidaknya tiga penculik dalam perlawanannya?