Logo ABC

Lockdown Wuhan akibat Corona Dicabut Setelah 76 Hari, Warganya Santai

Seorang warga China menitikkan air matanya saat ada peringatan mengenang mereka yang meninggal akibat wabah virus corona.
Seorang warga China menitikkan air matanya saat ada peringatan mengenang mereka yang meninggal akibat wabah virus corona.
Sumber :
  • abc

Namun, bagi mereka yang berduka, seperti Liu Ning yang kehilangan adiknya yang adalah penyandang disabilitas, tentunya sulit untuk melanjutkan kehidupannya.

"Saya menerima panggilan tanggal 12 Februari lalu dari orang yang merawat adik saya. Ia mengabari bahwa adik saya meninggal tapi tidak diberitahu kenapa," kata Liu.

"Mereka hanya bilang kalau kedua paru-parunya ada masalah dan memberi waktu setengah jam bagi saya untuk melihat jasadnya, sebelum dibawa ke rumah duka untuk dikremasi."

People lay flowers to remember the dead.
Warga China mengenang keluarga dan teman-temannya yang meninggal akibat virus corona.

Reuters: Aly Song

Padahal tanggal 12 Februari penularan virus corona di kota Wuhan sedang dalam keadaan parah, daerah tempat tinggal Liu dalam status "lockdown", yang artinya ia tidak dapat mengatur rencana transportasi dalam waktu sesingkat itu.

"Rumah yang menampung adik saya tidak bisa mengirim almarhum ke rumah sakit karena tidak ada yang mau menerima dia," katanya.

Hal yang sama juga dirasakan ribuan keluarga di China yang kehilangan anggotanya karena virus corona atau terbatasnya akses ke rumah sakit.

Kehidupan di kota Wuhan pun akan terlihat berbeda, tidak akan seperti sebelumnya.