Logo ABC

Teori Konspirasi Laku Juga di Australia, Warga Jadi Ogah Tes COVID-19

Informasi yang salah soal tes virus corona telah beredar di jejaring sosial di saat Melbourne sedang gencar mendorong warganya untuk dites.
Informasi yang salah soal tes virus corona telah beredar di jejaring sosial di saat Melbourne sedang gencar mendorong warganya untuk dites.
Sumber :
  • abc

Orang-orang yang percaya pada konspirasi dimotivasi oleh ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan merasa yakin jika mereka sudah ditipu, kata Dr Klein, sehingga teori yang mereka buat juga tidak konsisten.

Alasan banyak orang menolak dites

Lonjakan informasi yang salah ini terjadi ketika Australia menghadapi tingginya kembali penularan virus corona di negara bagian Victoria dan di saat pemerintah mendorong warga untuk dites

Jane Williams, seorang peneliti dari Sydney Health Ethics di University of Sydney, baru-baru ini menulis dalam The Conversation tentang mengapa orang mungkin menolak dites COVID-19.

Dia mengatakan masih tidak cukup tahu motivasi dari mereka yang menghindari tes, apakah mereka merasa kebingungan, ketakutan atau masalah keuangan, dan saat ini kita juga tidak dapat mengukur apakah kesalahan informasi online berdampak pada keputusan tersebut.

Dr Williams mengatakan, ada baiknya melihat kasus penolakan vaksinasi sebagai perbandingan.

"Informasi yang salah mendorong beberapa orang untuk tidak melakukan vaksinasi, tetapi sebagian besar dari mereka yang tidak divaksinasi bukan karena kepercayaan, melainkan faktor kepraktisan," katanya, seperti kemudahan dan biaya akses.

Baca juga berita terkait pandemi corona Baca juga artikel terkait:Angka kematian di Indonesia sudah lebih dari 10 ribu jika dihitung berdasarkan pedoman WHOPemerintah Indonesia dianggap menggunakan pendekatan militeristik dalam menangani virus coronaAlasan tingginya kematian tenaga kesehatan di Indonesia di tengah pandemi virus corona

Beberapa grup di Facebook yang membagikan informasi salah soal pengetesan memiliki rekam jejak menyebut virus itu sebagai hoaks, serta menyebarkan teori konspirasi di balik aturan jarak sosial dan "lockdown".

Peneliti dari University of Melbourne George Buchanan telah mengamati diskusi online tentang COVID-19 pada platform seperti YouTube dan Twitter.