Islamofobia Bayangi Australia, Amankah untuk Minoritas Muslim?

Source : Republika
Source : Republika
Sumber :
  • republika

REPUBLIKA.CO.ID, Warga Australia melihat wanita Muslim mengenakan jilbab atau kerudung wajah. Mereka dengan cepat dan salah menyimpulkan bahwa semua Muslim tradisional dan terlalu serius tentang agama mereka untuk standar modern dan sekuler. Tetapi hidup berdampingan dengan tetangga Muslim dapat melawan pandangan mereka ini.

Laporan Islamofobia terbaru di Australia menunjukkan bahwa Muslim terus menjadi sasaran permusuhan dan kekerasan. Serangan teroris 11 September 2001 mendorong mereka ke posisi yang tidak menyenangkan ini. Baru-baru ini, ISIS telah memperkuat ketakutan dan antipati Barat terhadap Islam dan Muslim.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan The National Interes pada Selasa (8/9) menyampaikan, studi baru menemukan bahwa non-Muslim Australia yang tinggal di daerah dengan jumlah Muslim yang tinggi kurang Islamofobia dibandingkan populasi umum di Sydney dan Melbourne. Ini menunjukkan bahwa hidup berdampingan bisa menjadi penangkal Islamofobia.

Islamofobia mengacu pada sikap atau emosi negatif sembarangan yang ditujukan kepada Islam atau Muslim. Orang Australia biasanya hanya tahu sedikit tentang Muslim dan keyakinan mereka. Akibatnya, mereka cenderung menyatukan kelompok yang sangat beragam ini sebagai kelompok terbelakang, penindas gender, dan kekerasan. 

Penampakan religius dari beberapa Muslim memperburuk masalah ini. Kami melihat wanita Muslim mengenakan jilbab atau cadar dan dengan cepat sekaligus salah menyimpulkan bahwa semua Muslim adalah tradisional dan terlalu serius tentang agama mereka untuk standar modern dan sekuler kita.

Sama seperti kelompok populasi besar lainnya, Muslim berasal dari berbagai latar belakang etnis-budaya dan sosial-ekonomi. Seperti yang dicatat oleh sosiolog Riaz Hassan pada 2018, 37 persen Muslim Australia lahir di sini dan sisanya berasal dari 183 negara berbeda.

Dalam Sensus 2016, lebih dari 600 ribu orang diidentifikasi sebagai Muslim dengan sekitar tiga perempat tinggal di Sydney dan Melbourne. Mereka cenderung terkonsentrasi di pinggiran kota tertentu, di mana mereka juga terlihat melalui bisnis etnis, sekolah, dan tempat ibadah.