Logo DW

Setahun Serangan di Halle: Apakah Yahudi di Jerman Kini Merasa Lebih Aman?

Hendrik Schmidt/dpa-Zentralbild/picture-alliance
Hendrik Schmidt/dpa-Zentralbild/picture-alliance
Sumber :
  • dw

Max Privorozki adalah salah satu dari 52 orang yang tengah merayakan hari penebusan atau Yom Kippur di sebuah sinagoge di Halle pada tanggal 9 Oktober 2019, ketika seorang pria berusia 27 tahun dari kota terdekat, lengkap dengan senjata dan granat buatan sendiri, melancarkan misi untuk membantai warga Yahudi.

Dia gagal menerobos masuk melalui pintu utama. Menurut komunitas Yahudi di Halle, kegagalan itu berkat tindakan pencegahan keamanan yang mereka lakukan sendiri: yakni dengan pintu yang terkunci kuat dan kamera CCTV. Mereka mencegah apa yang bisa menjadi kekejaman antisemit terburuk di Jerman sejak masa holokaus.

Serangan teror ekstrem kanan di Halle ikut menyudutkan kepolisian.

"Kami mengatakan beberapa kali bahwa kami menginginkan perlindungan polisi di depan sinagoge dan komunitas di Sachsen-Anhalt (negara bagian di mana Halle berada), seperti di kota-kota besar lainnya: Berlin, Manchen, Frankfurt," ujar Privorozki, kepala komunitas Yahudi setempat hanya sehari setelah serangan.

"Tapi kami selalu diberi tahu: Semuanya bagus, semuanya ‘sempurna‘, semuanya baik-baik saja."

Anggapan itu muncul sejak persidangan berlangsung, polisi dipandang gagal mengambil tindakan ketika penyerang sinagoge tersebut kabur beberapa menit kemudian, dan setelah itu membunuh dua warga Jerman non-Yahudi. Kelalaian itu "memalukan", tandas Josef Schuster, Presiden Dewan Pusat Yahudi di Jerman.

Merusak kepercayaan itu mudah, membangunnya itu sulit