Logo DW

Curhat Muslimah di Prancis: Apakah Negara Mencintai Saya?

Noemie Olive/REUTERS
Noemie Olive/REUTERS
Sumber :
  • dw

Garnoussi dibuat bingung oleh majalah satire, Charlie Hebdo. Keputusan Hebdo pada bulan September untuk menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad membakar kemarahan di sejumlah negara muslim. Majalah itu melakukannya untuk menandai persidangan tersangka kaki tangan teroris, yang melakukan serangan pembunuhan pada tahun 2015 di mana 12 orang, termasuk beberapa kartunis terkenalnya, terbunuh.

Beberapa minggu setelah publikasi ulang kartun tersebut, seorang pemuda berusia 18 tahun asal Chehnya memenggal seorang guru sekolah menengah yang telah menggunakan kartun itu di kelas ekspresi kebebasan. Minggu lalu seorang perempuan dipenggal dan dua orang lain tewas di Nice dalam serangan pembunuhan yang diduga dilakukan teroris Islamis.

Pemerintah Prancis membela publikasi karikatur itu dengan mengatakan, mengizinkan kebebasan berekspresi.

Bagi Garnoussi, publikasi ulang karikatur itu merupakan tindakan provokatif yang berisiko membuat hidup lebih sulit bagi banyak orang di antara sekitar lima juta penduduk muslim Prancis yang, seperti dia, yang mengutuk kekerasan atas nama agama. "Itu menyakiti kami dan membuat kami merasa negara tidak mencintai kami," katanya tentang tindakan Charlie Hebdo dan pembelaan pemerintah atas mereka.

Musuh di dalam?

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menanggapi pembunuhan guru Samuel Paty dan para korban di Nice dalam pidatonya beberapa hari kemudian, dengan janji untuk menindak apa yang disebut beberapa pejabat publik sebagai "musuh di dalam".

Setidaknya ada tiga perkumpulan muslim yang diduga mengobarkan pandangan ekstremis telah dibubarkan pemerintah. Selain itu pemerintah Prancis berjanji untuk mempercepat legislasi untuk melawan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Republik Prancis.