Logo DW

Kisah Liza Schulz, Racik Jamu dan Teruskan Tradisi Indonesia di Jerman

privat
privat
Sumber :
  • dw

Tinggal di Jerman tak jarang membuatnya Liza Schulz, WNI di Frankfurt, kian rindu kampung halaman. Hal ini lantas diisinya dengan memperkenalkan budaya Indonesia ke khalayak Jerman lewat pakaian adat nusantara, minuman nusantara, peganan nusantara, bahkan ragam sambal nusantara. Ia pun kerap berkolaborasi dengan Konsulat Jendral Indonesia di Frankfurt menggelar acara kebudayaan Indonesia.

Sayangnya, pandemi menghentikan ragam acara temu komunitas Indonesia di sana. Liza pun menghabiskan waktu luang sembari membuat jamu. Jamu selalu membawa ingatan Liza Schulz saat tinggal di Jakarta, di mana setiap minggu mbok jamu gendong rutin berkunjung ke rumahnya membawa jamu kunir asam segar kesukaannya dalam botol kaca.

"Awalnya saya iseng, buat untuk keluarga dan teman, eh mereka bilang enak dan terus pesan," jelas Liza. Dari sana, Liza pun kian belajar tentang jamu bahkan serius mengambil edukasi khusus untuk menjadi seorang acaraki atau peramu jamu.

Pelatihan menjadi acaraki ini digelar sebuah perusahaan jamu di Indonesia. “Kami belajar karakteristik tiap rempah dan bagaimana mengolahnya dengan benar, misalnya… mengolah jahe tidak direbus tapi dicuci dulu, ditumbuk atau diparut, ditambahi air sedikit demi sedikit baru diperas. Ini agar khasiatnya tidak hilang ya,” jelas Liza.

Bergerilya, cari rempah bahan baku jamu

Jamu berasal dari kata Jawa kuno, yakni jampi dan oesodo. Jampi bisa berarti penyembuhan atau doa sedang oesodo berarti kesehatan. Tradisi pengobatan berbahan dasar rempah sudah dikenal zaman Kerajaan Mataram Kuno.

Mengenal proses pembuatan jamu, diakui Liza membawanya mengenal tradisi Indonesia lebih jauh lagi. "Sebagai acaraki, mereka tak sekadar menakar zutaten-nya (red. bahan-bahan), tapi juga berpuasa mendoakan ramuan agar berkhasiat bagi peminumnya," ujar Liza Schulz.