Logo BBC

Taliban Pakistan: Kekerasan di Wilayah Kesukuan Meningkat

Senjata milik anggota Taliban-Pakistan. AFP via BBC Indonesia
Senjata milik anggota Taliban-Pakistan. AFP via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Kelompok yang menamakan diri Negara Islam itu sekarang menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru Afghanistan di bawah komando Taliban.

"IS-K mempunyai perbedaan sektarian dengan TTP (Taliban Pakistan) dan menganggap mereka Muslim yang menyimpang, yang menjadi agen-agen Pakistan, Iran dan kekuatan-kekuatan regional lainnya," menurut Abdul Sayed, peneliti independen tentang jihad yang berkantor di Swedia.

Terpaksa menyelamatkan diri

Karena begitu banyak kelompok militan, amat sulit bagi warga yang hidup berdampingan dengan mereka.

Seorang pentolan milisi yang bertempur untuk TTP bersama militer Pakistan beberapa tahun lalu mengatakan kepada saya bahwa seluruh keluarganya terpaksa berpindah dari desanya Mohmand, distrik kesukuan yang berbatasan dengan Afghanistan.

"Ayah mati sahid, sepupu saya mati sahid, keluarga kami hancur," kata mantan anggota milisi yang menggunakan nama samaran Shehzad.

"Sebagian warga kehilangan tangan, beberapa kehilangan kaki, sebagian kehilangan tangan dan kaki. Tak seorang pun ingin meninggalkan desa tapi apalagi yang dapat kami lakukan ketika tidak lagi punya tempat tinggal," keluh Shehzad.

Warga Pakistan menggelar renungan bagi korban serangan TTP pada 2015, Peshawar, Pakistan.
Getty Images
Warga Pakistan menggelar renungan bagi korban serangan TTP pada 2015.

Ahmed, pengusaha dari Bajaur, juga memberikan gambaran yang suram.

"Saya terpaksa sering berpikir untuk pergi dan membawa keluarga. Tetapi kemana kira-kira saya bisa pergi. Bagaimana saya bisa meninggalkan rumah begitu saja," katanya.

Israr, remaja dari Orakzai, bersikap terus terang.

"Kami tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan rumah ketika pecah perang 14, 15 tahun lalu. Orang tua saya pulang dua tahun lalu tetapi sekarang ibu saya menjadi janda," ungkap Israr.

"Pemerintah meyakinkan kami bahwa wilayah itu sudah aman dan kami semestinya kembali, tapi di mana perdamaian itu?"