22 Ribu Lebih Warga China Diadili karena Lakukan Penipuan dan Pencucian Uang

Ratusan WNA China pelaku love scamming dideportasi ke negaranya
Sumber :
  • VIVA/Andrew Tito

BeijingOtoritas peradilan Beijing telah mengadili 22.529 orang dalam 11 bulan pertama, pada tahun 2023 karena melakukan kejahatan keuangan. Hal itu disampaikan oleh Kejaksaan Agung China, pada Kamis, 28 Desember 2023.

BYD Minta Maaf Konsumen di Indonesia Belum Terima Unit, Ini Biang Keroknya

"Otoritas kehakiman di seluruh China telah memerintahkan penahanan 11.060 tersangka penipuan dan kejahatan keuangan dari Januari hingga November," demikian bunyi pernyataan Kejaksaan Agung, dikutip dari The Sundaily, Jumat, 29 Desember 2023.

Sebanyak 15.590 orang menghadapi dakwaan penarikan simpanan ilegal dan penipuan penggalangan dana, jumlah ini berkurang 5,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Mengecas Mobil Listrik Nantinya Cuma Butuh Waktu 10 Menit

Polisi China saat berjaga di sidang pengadilan

Photo :
  • AP Photo/Andy Wong

Kemudian, 316 orang lainnya juga dituduh melakukan kejahatan terkait sekuritas, yang merupakan peningkatan sebesar 11,7 persen dibandingkan tahun lalu.

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

Selain itu, 430 orang dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang melibatkan dana investasi langsung, yang turun 36,7 persen dibandingkan 11 bulan pertama tahun 2022, kata jaksa.

Mereka juga menambahkan bahwa 2,106 orang didakwa melakukan penipuan terkait instrumen keuangan dan pinjaman, serta 2.301 lainnya terkait dengan pencucian uang.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pemuda di China juga mengalami tingkat pengangguran yang tinggi karena kesulitan mencari pekerjaan di negara itu.

Baru-baru ini, angka pengangguran mencapai rekor setiap bulan, dengan 21,3 persen orang berusia 16 hingga 24 tahun menganggur pada bulan Juni. 

Pihak berwenang China, pada 15 Agustus 2023, tiba-tiba mengatakan mereka akan berhenti menerbitkan data ketenagakerjaan yang berkaitan dengan usia, dan mendorong skeptisisme publik dan kekhawatiran atas pengangguran kaum muda di ekonomi terbesar kedua di dunia itu. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya