Lima Tentara AS Tewas Diroket di Irak

Pasukan AS di Irak
Sumber :
  • AP Photo/Petros Giannakouris

VIVAnews - Sebanyak lima tentara Amerika Serikat tewas dalam serangan roket di basis Syiah di Baghdad, Irak, Senin, 6 Juni 2011. Serangan diduga dilakukan oleh militan Syiah anti Amerika di negara tersebut.

Ironis! Istri di Ngawi Meninggal Dunia Usai Cabut Gigi Bungsu di Klinik

Serangan terjadi di basis gabungan tentara AS dan Irak di kompleks Baladiyat, dekat perbatasan Sadr City. Saksi mata, dilansir dari Associated Press, mengatakan tiga roket menghantam basis militer tersebut yang langsung menewaskan lima orang tentara AS.

Sadr City dikenal sebagai lokasi persembunyian militan Syiah anti Amerika yang didukung Iran, Muqtada al-Sadr, yang kerap menentang masuknya tentara AS ke Irak. 

Baku Tembak, TNI-Polri Berhasil Adang KKB yang Hendak Serang Polsek dan Koramil

Diduga, al-Sadr berada di balik penyerangan tersebut, karena sebelumnya dia mengatakan bahwa kelompoknya akan menggempur pasukan AS yang masih berada di Irak, padahal batas waktu kepulangan para tentara ini telah habis sejak tahun lalu.

Walau jumlah korban tewas dari pihak AS sudah menurun drastis sejak para tentara ditarik dari Irak, namun militan Syiah masih terus membombardir pangkalan AS dengan roket, granat, dan bom dalam tiga bulan terakhir.

Kendaraan Niaga Berkepala Dua Bukan Sesuatu yang Mustahil

Serangan ini mereka lakukan untuk memberi kesan bahwa merekalah yang mendorong AS menarik pasukan dari Irak. Selain itu, serangan ini juga dimaksudkan untuk mencegah pemerintahan Paman Sam membiarkan satu pleton tentaranya tinggal. 

"Militan yang dibekingi Iran terus memberi tekanan militer pada pasukan AS sejak beredar rumor bahwa keberadaan mereka akan diperpanjang." ujar Michael Knight, analis Irak dari Washington Institute.

Sebelumnya, pemerintahan AS menekan Irak untuk mengizinkan pasukannya tinggal demi membantu berbagai misi, seperti perlindungan wilayah udara dan pelatihan pasukan. Hal ini didasarkan atas anggapan berbagai pihak di Irak yang mengatakan persenjataan pasukan keamanan negara mereka kurang mampu mengamankan perbatasan negara sehingga mereka memerlukan bantuan dari AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya