Melacak Identitas Pembunuh James Foley Lewat Suara

Ucapan belasungkawa atas kematian James Foley
Sumber :
  • Reuters/ Brian Snyder
VIVAnews
- Sebagian peneliti di Inggris meyakini identitas pembunuh wartawan Amerika Serikat, James Wright Foley bisa terungkap melalui suara. Rincian paling kecil dalam video pembunuhan itu bisa jadi petunjuk penting. Meskipun, si pembunuh dibalut pakaian serba hitam dari ujung rambut hingga kaki.


Namun, celah kecil seperti mata, warna kulit tangan, dan gesturnya bisa jadi petunjuk penting, apalagi dia tampak kidal. Tetapi, petunjuk yang paling besar adalah pada suaranya yang menurut beberapa ahli dia memiliki aksen Inggris.


Melansir kantor berita
CNN
pada Sabtu 23 Agustus 2014, seorang ahli bahasa memprediksi anggota Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) itu adalah seorang pria muda dengan kisaran usia di bawah 30 tahun. Diperkirakan berasal dari London.

Dompet Porak Poranda Pasca Lebaran, Begini Taktik Perbaikinya

Hingga saat ini, polisi Inggris dan intelijen masih menutupi perkembangan penyelidikan kasus ini. Menurut Analis Suara Forensik, Elizabeth McClelland yang juga kerap dijadikan sebagai saksi ahli di pengadilan Inggris ini, kemungkinan intelijen akan mengungkap identitas dengan cara mencocokan suara dengan rekaman yang mereka miliki di bank audio.
Soal Sengketa Pileg, KPU Tegaskan Hasil Pemilu Telah Penuhi Akuntabilitas Publik


Relawan Prabowo-Gibran Garuda Indonesia Maju Bertransformasi Jadi Organisasi Kepemudaan
Bank audio itu didapat, karena Inggris dan sebagian besar negara lainnya telah mengumpulkan suara orang-orang yang dicurigai dalam kegiatan teroris.

"Mereka seperti menyaring suara, bank data suara yang mereka miliki, mungkin menggunakan perangkat lunak speaker otomatis untuk mengenali suara, dan membandingkan dengan suara dalam video untuk mencari suara yang paling mirip," kata McClelland.

Langkah selanjutnya, kata dia, ahli fonetik dan bahasa untuk menganalisis dengan melakukan campuran analisis fonetik dan akustik. Mereka akan fokus pada unsur seperti pitch, intonasi, intensitas, dan pola pada pita energi akustik, yang dikenal sebagai forman, kemudian diukur dengan menggunakan software khusus.


Namun, kata McClelland polisi dan intelijen akan sulit menganalisis suara dalam video itu jika tak ada suara pembanding. Untuk mendapatkan suara pembanding itu, kata dia, intelijen mungkin akan bekerjasama dengan badan intelijen Eropa dan Amerika Serikat.


Asen tidak murni Inggris


Meskipun beberapa ahli meyakini bahwa pembunuh Foley itu berasal dari London, namun menurut seorang ahli pengenal suara John Olsson, dia tidak murni dari Inggris.


Olsson mengatakan, dalam intonasi pembunuh itu menunjukkan bahwa orang itu mungkin berasal dari Afrika, atau mungkin generasi kedua keturunan Afrika.


"Atau, mungkin dia terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya, orang-orang yang campur dengannya," kata dia.


Petunjuk lain, kata dia, pada suaranya juga terdengar ada pengaruh dari sekitar anak benua Hindia, misalnya komunitas Muslim di Pakistan dan Banglades. Selain itu, McClelland juga berpendapat pembunuh itu memiliki aksen orang yang bicara bahasa Farsi, atau Dari yang digunakan di Irak dan Afganistan.


Sementara itu, ahli bahasa lainnya dari University of York, Paul Kerswill mengatakan, kemungkinan besar, pembunuh itu dibesarkan di sebuah tempat multikultural. Di mana, lingkungannya ada banyak bahasa yang berbeda. "Lingkungan seperti ini menyebabkan beberapa jenis perubahan dalam cara pengucapan bahasa Inggris," kata dia.


Kerswill mengatakan, sulit untuk mengungkap pembunuh itu hanya dari suaranya saja. Bisa saja, dia bukan asli dari Inggris, tetapi bisa jadi dia berasal dari Pakistan, atau Somalia.


Kerswill menduga pria itu mungkin tiba di Inggris saat masih anak-anak dan mulai berbicara bahasa Inggris. Namun, tidak menutup kemungkinan juga dia lahir di Inggris.


Sementara itu, Olsson juga mencoba mengidentifikasi kalimat yang dipilih pembunuh itu. Misalnya, penggunaan kata "Umat Islam" dalam video, sehingga bisa diperkirakan dia adalah seorang mualaf.


"Saya tidak berpikir ada latar belakang Muslim yang kuat di sana," katanya.


Selain itu, dia juga memilih kata "kami" dan menggunakan kata "orang-orang Muslim", sehingga terlihat ada jarak antara dia dan kelompok ISIS itu. "Jadi, saya berfikir mungkin ia tidak berasal dari keluarga Muslim," ujar dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya