Pria 'Paling Dibenci di AS' Akhirnya Ditahan

Martin Shkreli (kiri) dan pengacaranya
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Hakim pengadilan memerintahkan penahanan  Martin Shkreli pada saat mantan pejabat  perusahaan farmasi itu juga tengah menunggu vonis pidana atas kasus penipuan yang dilakukannya.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Sebelumnya Martin Shkreli dilaporkan karena membuat sayembara di Facebook yang mengumumkan bahwa perusahaan tempatnya bekerja akan memberikan hadiah senilai US$5.000 bagi pihak yang berhasil mengambil dan menyerahkan rambut mantan calon Presiden AS, Hillary Clinton, kepadanya.

Martin Shkreli yang baru berusia 34 tahun itu sebagaimana dilansir Reuters, terlihat bermuka dingin dan tak acuh pada saat petugas Kepolisian menggiringnya keluar dari ruang sidang pengadilan Brooklyn. Sebelumnya diketahui dia sempat bebas dengan jaminan uang US$5 juta saat terjerat hukum pada Desember 2015.

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Hakim Kiyo Matsumoto mengatakan, unggahan Shkreli di Facebook-nya pada tanggal 4 September tahun lalu membahayakan publik. Unggahan itu dibagikan oleh warganet pada saat Clinton sedang melakukan tur kampanyenya di Pemilu.

Satuan Pasukan Pengamanan Presiden lantas menyelidiki Shkreli dan melaporkan pria tersebut atas alasan perlindungan terhadap Clinton, capres dari Partai Demokrat AS. Dia mengatakan, hal tersebut bukan bentuk kebebasan berbicara yang dilindungi dalam konstitusi AS.

Facebook dan Instagram Down, Pengguna Ramai-ramai Ngeluh di X: Sudah Beberapa Jam Tumbang Semua!

"Ini adalah bentuk persekongkolan kejahatan dengan imbalan uang," kata Hakim Matsumoto.

Sementara pada Agustus lalu, pria tersebut juga dituntut atas kasus penipuan. Soal sayembara itu, Shkreli berdalih bahwa unggahannya tentang Clinton hanya bentuk satire. Atas perbuatannya, Shkreli pernah disebut publik sebagai pria yang paling dibenci di AS.
 

Logo Facebook.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

The Taliban in Afghanistan have announced plans to restrict or completely block access to Facebook, a move condemned by rights activists. The Taliban’s acting minister of

img_title
VIVA.co.id
13 April 2024