Pelaku Penembak Polisi Gunakan Konsep Gerilya Kota

Polisi ditembak Aipda Kus Hendratno
Sumber :
  • ANTARA/Saptono
VIVAnews
- Dalam kurun waktu tiga bulan, empat anggota kepolisian tewas ditembak orang tak dikenal. Polisi sendiri hingga kini belum menangkap seorangpun pelaku.


Jika dilihat, metode yang digunakan para pelaku hampir sama. Sasarannya anggota yang menggunakan seragam serta diserang pada waktu malam dan dini hari.


Polisi menduga jika pelaku penembak empat anggota tersebut masih satu kelompok yang sama. Pengamat Intelijen, Nuruddin Lazuardi mengatakan pelaku penembak tersebut bahkan telah menerapkan konsep geriliya kota.

Nobar Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Gelora 10 November, Keamanan Jadi Prioritas Utama

Konsep tersebut memang sering digunakan oleh para kelompok teroris untuk menyerang seseorang yang dianggap musuh bagi mereka. "Jika dilihat secara konsep memang ada salah satu prinsip dalam gerilya kota yang diadopsi oleh para pelaku penembakan polisi yaitu konsep '
Sarana Jaya Jadi BUMD Jakarta Pertama Terima Sertifikat Manajemen Aset ISO 55001:2014
hit and run
'," ujar Nuruddin saat dihubungi VIVAnews, Kamis 19 September 2013.
Maverick Vinales Temukan Masalah di Motor Aprilia Tunggangannya


Nuruddin menjelaskan, dalam konsep perang geriliya kota ada tiga unsur didalamnya, di antaranya pertama penuh Kejutan dan Tidak Terduga, kedua
hit n run
dan ketiga penuh tipu daya dan ilusi.


Konsep penuh kejutan dan tidak terduga memiliki arti menyerang dengan strategi dan melihat titik terlemah lawan sehingga lawan menjadi bingung dan kelelahan karena tenaga terforsir untuk mengidentifikasi mereka.


Sedangkan
hit and run
itu bertempur dan melarikan diri demi mempertahankan hidup agar dapat bertempur lagi di kemudian hari.


"
Hit and run
yang sebenarnya tidak sekedar menyerang dan kabur, tapi juga menyampaikan pesan, memproklamsikan diri dan juga aksi penggalangan simpati, dana dan sebagainya," kata Nuruddin.


Nuruddin yang juga mahasiswa tingkat akhir Program Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Unversitas Indonesia ini menambahkan, konsep geriliya kota yang terakhir adalah penuh tipu daya dan ilusi, dimana pelaku melakukan penyerangan dengan mengaburkan modus dan pola sehingga lawan susah mengidentifikasi sehingga tercipta ilusi yg mengaburkan aksi-aksi mereka.


"Dari semua konsep itu ada satu syarat yang harus dipenuhi sebelum itu dijalankan. Syaratnya adalah penguasaan kota atau teritori dalam artian bahwa para gerilyawan tersebut memahami karaketeristik peta kota. Syarat lainnya adalah logistik, dalam hal ini senjata," jelas dia.


Sebelumnya, sebuah panduan pelaksanaan muncul di internet via laman scribd.com. Pengantar panduan tersebut mengajak pembacanya untuk berperang melawan rezim penguasa kafir dan menggulingkannya.


Panduan setebal 112 halaman ini dipublikasikan oleh seseorang yang memakai nama Syarif Ramzan Saluev, dan telah diunduh lebih dari 1.000 kali.


Laman yang bisa dibaca secara cuma-cuma di scribd.com hanya pengantarnya, sedangkan untuk panduan teknis gerilya harus diunduh dengan membayar. Sekilas dengan membaca pengantarnya, panduan ini amat berbahaya bagi mereka yang mempunyai bibit ekstrem. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya