Logo ABC

Mereka Menjaga Semangat Toleransi dalam Kidung Rohani

Pemain musik hadrad dari komunitas muslim Tanah Lapang Kecil (Talake) dan band terompet gereja GPM Rehoboth usai tampil bersama dalam perayaan Natal di kota Ambon beberapa waktu lalu.
Pemain musik hadrad dari komunitas muslim Tanah Lapang Kecil (Talake) dan band terompet gereja GPM Rehoboth usai tampil bersama dalam perayaan Natal di kota Ambon beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • abc

Menurut Yudi Konga, pimpinan grup musik ini, lagu rohani Betawi yang mereka bawakan bergenre musik Betawi modern dengan perpaduan antara gambang kromong dan tanjidor.

Karakter lagu Betawi dengan musik hidup dan lirik bertutur yang lugas kadang jenaka, menurutnya mampu menghadirkan nuansa baru dalam lagu-lagu kerohanian.

"Kami membawa instrumen musik yang unik ke gereja, terutama perkusi. Jadi suasananya lebih hidup. Apalagi pakai gaya sahut-sahutan dan banyolan khas Betawi, banyak jemaat bilang pesan rohani di lagu-lagu kami jadi lebih cepet nangkepnye," kata pria kelahiran Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat ini dengan logat Betawinya yang kental.

Ia juga mengatakan karena budaya Betawi yang majemuk, penggunaan pendekatan budaya Betawi dalam menyiarkan ajaran Kristus ke berbagai lapisan masyarakat menjadi lebih mudah.

"Budaya Betawi deket dan keterima dimana-mana. Jadi pesen rohani kami malah lebih mudah masuknya. Kita tampil di jemaat keturunan Ambon, Batak, Jawa, apa aja, semua suka lagu-lagu Betawi yang kocak," tutur pengagum almarhum Benyamin Suaeb ini.

External Link: Video Betawi Bermazmur

Nuansa musik Betawi yang kuat juga terlihat dari lirik lagu yang dibawakan grup ini. Selain logat Betawi yang berakhiran "e" seperti kite, aye, mereka juga kerap menggunakan pantun untuk menyampaikan pesan rohani dalam lagu-lagunya. Grup ini bahkan banyak menggunakan sebutan "Babeh di Sorge" dalam liriknya untuk merujuk pada "Tuhan Bapak di Surga".