Logo BBC

Kabut Asap Kian Parah, RI Diminta Tak Usah Malu Minta Bantuan Tetangga

Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/09). - ANTARA FOTO/FB Anggoro
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker medis saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/09). - ANTARA FOTO/FB Anggoro
Sumber :
  • bbc

"Masyarakat kan keluhan di sini mata pedas, tenggorokan sakit, badan terasa enggak enak. Kalau saya ke dokter dua kali. Sempat sembuh, tapi kena lagi," tukasnya.

"Ini kayaknya sama seperti tahun 2015."

Senada dengan Lilis, warga Pekanbaru, Ilham juga mengatakan begitu. Menurutnya, buruknya udara menyerupai kondisi empat tahun silam; udara menguning dan bau asap pekat.

"Aroma (asap) sudah tajam tercium. Tajam banget. Sama kayak tahun 2015," ujarnya geram saat dihubungi BBC News Indonesia.

Ilham juga menutup ventilasi udara rumahnya dengan plastik, agar asap tak masuk ke rumah. Untungnya ia punya alat pembersih udara dan AC, dengan begitu setidaknya bernapas lebih leluasa. Tapi istrinya kena iritasi kulit.

"Jadi istriku, enggak pernah kena iritasi sama asap selama ini. Tapi di kulit mukanya merah-merah dan bentol juga mengelupas. Saat dibawa ke IGD, ternyata penyebabnya iritasi asap," jelas Ilham kepada BBC News Indonesia.

Pelaksana Harian Kepala Dinas Kesehatan Riau, Yohanes mengatakan, sejak akhir Agustus lalu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayahnya turun-naik di angka 400 atau termasuk kategori berbahaya.

Setidaknya sudah 11.654 pasien yang datang ke puskesmas di seluruh kabupaten dan kota dengan mayoritas gejala infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Karena itu, kata Yohanes, pihaknya membagikan setidaknya satu juta masker hijau ke masyarakat.