Logo ABC

Krisis COVID-19, Banyak Perempuan Indonesia Jadi Tulang Punggung

Yayuk Ernawati bekerja melipat kantong kresek setelah suaminya di-PHK saat pandemi.
Yayuk Ernawati bekerja melipat kantong kresek setelah suaminya di-PHK saat pandemi.
Sumber :
  • abc

Dari upah memijat, hasil penjualan tanaman, komisi berdagang ikan dan upah menjaga toko baju, Lukita mengaku saat ini bisa membawa pulang total rata-rata Rp3 juta sampai Rp4 juta rupiah per bulan.

Tapi itupun belum menutup semua pengeluaran ibu beranak lima ini, seperti belum bisa membayar uang sekolah anak-anaknya.

"Saya minta sama gurunya, "Bu maaf ya saya belum bisa bayaran dulu. Nanti kalau sudah ada uang saya bayar, nyicil." Untungnya pihak sekolah mengerti," ucap Lukita.

"Sekarang yang dibutuhkan makan dulu, buat bertahan dulu. Yang lain bisa menunggu. Dan yang penting semua sehat," tambahnya

Mencari keterampilan baru saat pandemi

Lukita dan Yayuk adalah sosok perempuan Indonesia yang bisa cepat beradaptasi dengan keadaan dan berhasil belajar keterampilan baru karena keadaan terdesak.

Menurut Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), banyak perempuan Indonesia saat ini yang juga punya semangat dan inisiatif untuk mencari keterampilan lain untuk membantu perekonomian keluarga di tengah pandemi COVID-19.

Untuk membantu para perempuan yang ingin menjalankan usaha, Hastin Qomariyati, Koordinator ASPUKK Wilayah Jawa mengatakan asosiasinya sudah memberikan sejumlah pendampingan dan pelatihan dengan beberapa kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lain, termasuk pemerintah.