Hilal Tak Terlihat, BRIN Prediksi 1 Ramadhan 1445 H Jatuh pada Selasa 11 Maret

Peneliti senior BRIN Thomas Djamaluddin (kiri).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

Jakarta -  Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa (Badan Riset dan Inovasi Nasional) BRIN Thomas Djamaluddin memprediksi terjadinya perbedaan awal puasa Ramadhan 1445 Hijriah/2024. Perbedaan terjadi akibat perbedaan kriteria dan otoritas.

Esports: PUBG Mobile Sukses Gelar Turnamen Komunitas hingga Influencer selama Ramadhan

Kriteria hilal yang diadopsi pemerintah Indonesia dan ormas-ormas Islam adalah tinggi minimal 3 derajat Celcius dan elongasi atau jarak pisah bulan dengan matahari sebesar 6,4 derajat.

Menurutnya, kriteria ini telahdisepakati oleh para menteri agama di Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura (MABIMS). Imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. 
 
"Hasil rukyat pun tanggal 10 belum ada yang berhasil sehingga diprakirakan pada tanggal 10 saat Magrib tidak ada hilal yang terlihat dan belum memenuhi visibilitas hilal," ujar Thomas Djamaliddin di Kantor BRIN, Jakarta, Jumat 8 Maret 2024. 

Ninja Xpress: Pengiriman Paket Melonjak 20 Persen saat Ramadhan 2024

Pemantauan Hilal Untuk Menentukan Awal Puasa Ramadhan. (ilustrasi)

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Thomas mengatakan wilayah yang memenuhi kriteria 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat pada 10 Maret 2024 berada di Benua Amerika. Sedangkan negara-negara di Asia Tenggara belum terpenuhi sehingga kemungkinan besar pada 10 Maret 2024 tidak ada yang berhasil rukyat.

Meninggalnya Babe Cabita Ternyata Bikin Para Sahabat Iri, Kok Bisa?

Kemudian untuk wilayah Timur Indonesia secara umum posisi bulannya masih negatif dan dianggap terlalu rendah untuk imkanur rukyat. Dengan demikian, kata Thomas, kemungkinan besar awal puasa Ramadhan 2024 baru dimulai pada 12 Maret 2024.

Lebaran Tanpa Perbedaan

Sementara Ormas Muhammadiyah telah memutuskan awal Ramadhan jatuh pada 11 Maret 2024. Berdasarkan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

"Pemerintah mengumumkan pada sidang isbat, tapi otoritas ormas dan pimpinan ormas sudah mengumumkan lebih dahulu," ujarnya.

Meski awal Ramadhan berbeda, katanya, tanggal hari raya Idul Fitri atau lebaran ada persamaan, baik pemerintah maupun ormas Muhammadiyah.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat mengumumkan isbat 1 Syawal 1443 Hijriah

Photo :
  • Kemenag

Pada 9 April 2024, posisi Bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi lebih dari 6 derajat dan elongasi sekitar 8 derajat. Faktor itu secara hitung-hitungan sudah memenuhi kriteria MABIMS, yakni minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Saat sidang isbat tanggal 9 April 2024 akan diputuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Itu sama dengan kriteria wujudul hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas, sehingga nanti Idul Fitri akan seragam tanggal 10 April 2024," ujar Thomas.

Pemerintah RI melalui Kementerian Agama baru akan menggelarsidang isbat penetapan awal Ramadan pada Minggu, 10 Maret 2024 dengan tujuan mempertimbangkan hasil hisab dan rukyat atau pemantauan hilal pada 10 Maret 2024 dengan pemantauan dilakukan di 134 titik yang tersebar di Indonesia.

Pemantauan hilal awal Ramadan nantinya akan digelar oleh Kanwil Kemenag dan Kemenag Kabupaten/Kota dengan menggandeng Pengadilan Agama, ormas Islam serta instansi lain di daerah setempat.

Hasil hisab dari semua sistem sepakat ijtimak menjelang Ramadhan jatuh pada Minggu, 10 Maret 2024.

"Pada hari rukyat, 29 Syakban 1445 H, tinggi hilal pada saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara -0°20' 1,2" sampai 0°52' 5,4" dengan sudut elongasi antara 2°14' 46,8" sampai 2°41' 50,4", ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag, Adib 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya