- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Sejak disita dan dibekukannya rekening Yayasan Supersemar pada awal 2016 lalu, akhirnya berimbas pada 20 ribu anak miskin yang mengandalkan nasib pendidikannya dari beasiswa Supersemar.
"Saya adalah salah satu dari 20.000 yang terancam putus sekolah itu,” kata Adi Supriyadi Fahrezi, mahasiswa Jurusan Psikologi Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin 14 Maret 2015.
Adi sangat menyayangkan dibekukannya penyaluran Beasiswa Supersemar. Padahal, sepengetahuan Adi dan kawan-kawan penerima beasiswa, Jaksa Agung Muda bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Bambang Setyo Wahyudi, telah menjamin, sita eksekusi harta tidak akan dilakukan terhadap cadangan dana beasiswa yang dimiliki lembaga tersebut.
Kegelisahan Adi juga dirasakan oleh Hamidah Trihandayani, mahasiswi Ilmu Komputer UGM yang setiap semester membutuhkan Rp7 juta untuk membayar biaya kuliahnya.
Ia belum tahu harus mencari beasiswa apa dalam waktu dekat yang bisa menggantikan beasiswa supersemar kalau pembekuan rekening tak juga dicabut. “Padahal, saya mendapat tunjangan beasiswa Rp10 juta setiap tahun dari Supersemar,” ujarnya sedih.
Di Yogyakarta saja, menurut catatan Adi, ada ratusan penerima beasiswa Supersemar yang kini telantar nasibnya di berbagai Universitas di Yogyakarta seperti UGM, UNY, UIN, dan sebagainya. Bahkan, Adi mendapat data, lebih dari 90 persen rektor di berbagai Universitas di Indonesia, pernah menerima beasiswa Supersemar. Mereka menyatukan barisan dan akan mendesak pemerintah dengan cara membuat petisi pada Selasa 15 Maret 2016.
"Kita akan menyuarakan petisi, yang pada pokoknya meminta pemerintah segera membuka kembali penyaluran Beasiswa Supersemar," desak Adi. (one)
Kendala Kejaksaan Agung Eksekusi Aset Supersemar
Kejaksaan kesulitan dalam mengeksekusi aset Yayasan Supersemar.
