Dikritik Pemasukan Kereta Cepat Whoosh Tidak Nutup Bayar Utang, Netizen: Fix Ditarik Leasing

Kereta Cepat Whoosh (dok. KCIC)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau dikenal dengan nama Whoosh mendapat kritikan keras dari salah salah satu netizen di media sosial.

Pemerintah Lunasi Utang Kompensasi Listrik Rp 17,8 Triliun ke PLN

Akun Instagram bernama DIALECTIQUE @rds_dialectique menyebutkan, keuntungan yang didapatkan dari kereta cepat Whoosh tidak mampu untuk menutup utang biaya pembangunan.

Whoosh

Photo :
  • VIVA.co.id/Arianti Widya
Utang Pemerintah Tinggi, Megawati Bingung Cara Bayarnya: Ayo Mikir, Jangan Enak-enakan Tidur

Ia membeberkan kalau modal dari proyek kereta cepat Jakarta - Bandung Whoosh Rp 100 triliun dengan tenor 40 tahun dan bunga 3,5 persen sampai 3,8 persen per tahun.

"Per hari (keuntungan) Rp 3 miliar, berarti satu tahun cuma dapat Rp 1,1 triliun, ya nggak nutup, masak mau ditarik leasing," kritik akun @rds_dialectique yang dikutip, Selasa 21 Mei 2024.

Pemerintah Lunasi Utang Rp 43,5 Triliun ke Pertamina

Lantas ia juga mengkhawatirkan jika beberapa tahun mendatang ada alternatif transportasi lain, nasib kereta cepat whoosh akan lebih merana.

"Tiba-tiba 20 tahun yang akan datang ada alternatif lain selain whoosh, misalnya sajadah terbang, ya makin nggak laku dan makin sepi, fix ditarik leasing ini," tutupnya.

Sekadar informasi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh yang dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dana pembangunannya berasal dari ekuitas atau modal KCIC hanya 25% dan 75% sisanya dari utang ke China Development Bank (CDB).

Whoosh dikritik influencer

Photo :
  • Instagram @@rds_dialectique

Berdasarkan laporan dari komisi VI DPR, awalnya pembangunan Woosh dipatok sebesar US 6,07 miliar dolar atau sekitar Rp 97 triliun.

Adapun biaya pembangunan yang ditutup dari utang ke China Development Bank (CDB) sebesar USD 4,55 miliar dan KCIC USD 1,52 miliar.

Utang CDB ini memiliki tenor 40 tahun, namun pada kenyataannya biayanya terus membangkak sekiat USD 1,2 miliar. Sehingga totalnya menjadi USD 7,28 miliar atau sekitar Rp 116 triliun.

Biaya pembengkakan itu kemudian ditutup melalui penambahan modal KCIC menjadi USD 1,82 miliar dan penambahan utang dari CDB menjadi USD 5,43 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya