Funino Festival 2023, Belajar Filosofi Sepakbola Jerman Sang Juara Piala Dunia U-17

Timnas Jerman juara Piala Dunia U-17
Sumber :
  • LOC Piala Dunia U-17

VIVA – Sepakbola usia muda Jerman kini menjadi yang terbaik di dunia. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan mereka menjuarai Piala Dunia U-17 2023.

FIFA Terang-terangan Puji Timnas Indonesia

Timnas Jerman U-17 baru saja merengkuh gelar prestisius itu usai menumbangkan Prancis di partai final. Dalam laga yang berlangsung di Stadion Manahan Solo, Sabtu 2 Desember 2023, Jerman menang dengan skor 6-5 usai bermain imabang 2-2 dalam waktu normal.

Keberhasilan Jerman menjadi juara Piala Dunia U-17 ini tidak lepas dari filosofi yang mereka terapkan kepada pemain usia muda. Jerman baru saja merubah peraturan untuk mengubah cara sepakbola dimainkan oleh pemain U-11 mereka.

Pose Gestur 'Tauhid', Antonio Rudiger Dituduh Dukung ISIS

Penekanannya adalah pada pendekatan yang menyenangkan dan berpusat pada pemain. Selain itu, ditekankan agar anak-anak lebih banyak mendapatkan sentuhan bola, kekuatan untuk mempertahankan bola, dan menggiring bola.

Dan, hal itulah yang kini sedang diperkenalkan Jerman melalui Borussia Academy Indonesia (BAI). SSB klub Bundesliga ini menggelar Funino Festival 2023 di Lapangan Deutsche Schule Jakarta, BSD, Tangerang.

Comeback Mengerikan Toni Kroos di Timnas Jerman

CEO BAI, Saras Desch, mengatakan bahwa ini merupakan rangkaian keempat dari Funino Festival 2023 setelah sebelumnya digelar setiap akhir pekan.

Funino Festival 2023 ini diikuti oleh anak-anak usia 6 sampai 16 tahun. Total ada sekitar 150 anak ikut berpartisipasi dalam ajang tersebut.

"Funino Festibal 2023 ini merupakan perkenalan dari sistem baru (filosofi) yang ada di Jerman. Tujuan diadakannya Funino Festival 2023 ini supaya anak-anak senang bermain bola dan tidak merasa tertekan dalam bermain sepak bola," kata Saras.

"Jadi di Jerman itu sedang marak-maraknya menerapkan filosofi ini dan terbukti timnas U-17 Jerman bisa melangkah ke final Piala Dunia U-17 2023. Sistem ini rupanya berhasil di sana dan kami coba aplikasikan ke anak-anak usia muda di Indonesia," ucap Saras.

Wolfgang Heilman dan Saras Desch

Photo :
  • istimewa

Funino Festival 2023 ini tidak hanya diikuti oleh anak-anak yang berlatih di BAI saja. Saras Desch juga mengundang beberapa Sekolah Sepak Bola (SSB) di Jakarta untuk berlatih bersama demi mendapatkan filosofi tersebut.

"Harapan kami supaya anak-anak usia muda di Indonesia bisa bermain sepak bolanya lebih baik. Kami yakin dengan banyaknya sentuhan pada bola bisa membuat kualitas mereka lebih baik," kata Saras Desch.

Saras Desch berharap SSB yang diundang ke Funino Festival 2023 ini bisa mendapatkan ilmu baru dalam bermain sepak bola.

Setidaknya filosofi itu bisa diterapkan kembali oleh para pelatih SSB kepada anak-anak muridnya.

"Jadi kami ingin SSB yang datang bisa mengaplikasikan sistem baru ini ke tempatnya masing-masing."

"Pada akhirnya anak-anak muda di Indonesia bisa bermain sepak bola lebih baik lagi ke depannya. Dan anak-anak muda di Indonesia mempunyai teknik serta mental yang baik juga," ucap Saras Desch.

Di acara puncak Funino Festival 2023, BAI mengundang langsung perwakilan pelatih dari Borussia Monchengladbach untuk datang.

Terlihat, beberapa pelatih dari Jerman ikut meramaikan dan memberikan arahan kepada anak-anak muda Indonesia untuk menerapkan filosofi terbaru di Funino Festival 2023.


Head of International Football School VFL Borussia Monchengladbach, Wolfgang Heilman, membeberkan lebih panjang sistem baru apa yang kini sedang ramai diterapkan di Jerman.

Melalui Funino Festival 2023, Wolfgang Heilman mengatakan filosofi ini bisa untuk mengembangkan kreativitas setiap pemain di usianya masing-masing


Penerapan sistem baru di Jerman dimulai dengan membagi lapangan ke beberapa bagian. Setiap lapangan yang sudah dibagi itu diisi oleh delapan pemain dalam dua tim.

Lapangan yang lebih kecil itu bisa membuat para pemain lebih banyak bermain dengan bola. Para pemain itu bisa langsung mengambil keputusan apakah harus menggiring bola, mengoper, atau mengambil keputusan untuk mencetak gol ke gawang.

"Sebenarnya konsep ini bukan yang benar-benar baru, tapi kami sudah menggunakannya di Jerman sejak lama, namun baru sedikit yang melakukannya," kata Hilman.

"Dan mulai sekarang hingga ke depannya, semua akademi sepak bola di Jerman akan melakukan itu sampai usia 11 tahun. Jadi kami sebenarnya membuat lapangan lebih kecil dari ukuran biasa."

"Kami meletakan beberapa pemain di sana tergantung dari kondisi ukuran lapangan dan biasanya dimulai dari dua pemain," lanjutnya.

Lanjut Wolfgang Heilman, pembagian itu dilakukan agar pemain bisa melihat bahwa lapangan tidak terlalu besar. Sehingga para pemain bisa tetap tenang dan yang sangat penting itu bisa langsung mengambil keputusan yang tepat.

"Ini sangat masuk logika karena pemain bisa lebih banyak mendapatkan sentuhan dengan bola."

"Pemain bisa lebih banyak mengambil keputusan dan bermain bersenang-senang dengan sepak bola.Dan yang terpenting mereka punya motivasi dalam bermain sepak bola," ucapnya.

"Para pemain juga tidak boleh melakukan kesalahan ketika banyak tekanan datang dan itu sangat berharga bagi mereka," tutup Wolfgang Heilman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya