Kebiasaan Buruk Gamer Bikin Industri eSport Terhambat

Pertandingan eSports di Asian Games 2018.
Sumber :
  • Twitter/@asiangames2018

VIVA – CEO of RRQ e-Sports, Andrian Pauline mengatakan industri eSport atau olahraga elektronik 'sedikit' terhambat untuk berkembang karena kurangnya sosialisasi. Para orangtua banyak yang menganggap game sebagai pengaruh yang buruk, sehingga persepsi dan stigma itu harus diubah.

Game Online Ini Bisa Memberikan Sensasi ke Pemain

"Misalnya ada anak yang suka main bola, terus dia mainnya seharian. Sama dengan gamer yang main game seharian, orangtua mana yang enggak marah? Kalau time management-nya enggak diperhatikan, ini akan selalu dipandang sebelah mata," katanya di Jakarta, Sabtu, 26 Januari 2019.

Berbeda dengan gamer, menurutnya, pro player atau atlet eSport memiliki cara bermain yang 'rapi'. Mereka hanya akan berlatih selama enam sampai delapan jam dalam sehari layaknya seseorang yang mematuhi jam kerja. Atlet juga melakukan olahraga fisik, minimal tiga kali dalam seminggu.

Dunia Games Sudah Usai

Beberapa orang bahkan masih belum tahu jika para atlet bisa mendapat penghasilan yang cukup besar karena bermain game. Andrian mengatakan, pelaku industri seperti event organizer dari sebuah merek, seharusnya melakukan sosialisasi yang lebih masif, terutama untuk orangtua agar industri eSport dapat berkembang.

"Saat ini memang kepercayaan seperti itu mulai terkikis. Para orangtua sudah menemukan ujungnya. Mereka menemukan anaknya yang menekuni game sudah bisa beli handphone sendiri, rumah sampai kendaraan," ujarnya.

Gamer juga Harus Wangi

Andrian juga mengatakan bahwa saat ini bermain game juga berpeluang mendapat pekerjaan yang lebih luas. Gamer tidak hanya sekadar menjadi atlet, namun juga berkesempatan menjadi manajer, pelatih analisis, komentator, host, panelis, reviewer bahkan YouTuber.

Di sisi lain, President of Indonesia eSport Association (IeSPA), Eddy Lim, cukup merasa bangga karena pada 2003 atlet eSport Indonesia masuk tujuh teratas kategori dunia. Kemudian olahraga elektronik di Tanah Air juga sudah mendapat pengakuan dari pemerintah.

"Negara kita menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menjadi member komite olimpiade. Kita boleh bangga dengan pencapaian yang sudah kita raih sampai titik ini," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya