Logo BBC

Influencer dan Buzzer untuk Gerakan Sosial dan Politik Gen Z

Tuntutan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan Perppu terkait Undang-undang KPK merupakan salah satu bentuk aspirasi mahasiswa, yang kebanyakan merupakan Generasi Z. - Antarafoto
Tuntutan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan Perppu terkait Undang-undang KPK merupakan salah satu bentuk aspirasi mahasiswa, yang kebanyakan merupakan Generasi Z. - Antarafoto
Sumber :
  • bbc

"Mahasiswa menjadi kelompok baru yang menyuarakan aspirasinya, salah satunya dengan tagar #GejayanMemanggil," kata Ismail.

Peran i nfluencer

Menggunakan alat pemantau percakapan di media sosial, Drone Emprit, Ismail mendapati bahwa akun @awkarin dan @BEAUTIFULYOONGO termasuk top influencer yang menyebarkan dukungan kepada aksi mahasiswa serta menyuarakan protes bersama para aktivis dan kelompok oposisi. Jaringan dari kedua akun tersebut adalah Generasi Z dan para penggemar K-Pop, kata Ismail.

Yang menarik, Ismail menambahkan, jumlah followers akun @BEAUTIFULYOONGO tidak banyak, hanya 133 (pada saat demo mahasiswa) dibandingkan @awkarin yang berjumlah ratusan ribu.

Ia menjelaskan bahwa para penggemar K-Pop di media sosial, yang kebanyakan merupakan bagian dari Generasi Z, kerap menunjukkan solidaritas tidak hanya dalam membahas artis idola mereka, tapi juga dalam isu-isu seputar demokrasi, kebebasan, dan kemanusiaan. Hal ini menantang persepsi negatif tentang para penggemar K-Pop, kata Ismail.

"Mereka muak dengan hiburan di televisi Indonesia yang dianggap tidak berkualitas. Tapi selain entertainment , para artis K-Pop juga mengajarkan solidaritas, saling bantu, disiplin, belajar tentang budaya, dan sifatnya internasional jadi mereka bisa belajar banyak hal baru."

Ana, remaja berusia 17 tahun, di balik akun @BEAUTIFULYOONGO mengatakan tujuannya membuka akun adalah mengekspresikan kegemarannya pada grup K-Pop BTS. Meski demikian hal yang dibicarakan dengan sesama penggemar lainnya, yang menyebut diri mereka `army`, tidak sebatas fangirling .

"Kita banyak banget ngomongin tentang beberapa hal kayak end violence campaign (kampanye untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan -red.) bagaimana melawan xenofobia, rasisme," ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Ana merasa media sosial memiliki kekuatan untuk mengubah dunia karena bisa menyebarkan pemahaman tentang isu-isu yang terjadi di suatu negara, misalnya di Indonesia.