Bukan untuk Sekolah, Ponsel Dipakai Main Game Online Habiskan Rp9 Juta

Anak dan Gadget/Ponsel/Tablet.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi COVID-19 juga turut mengubah kegiatan sekolah di seluruh dunia. Para siswa harus melakukan pembelajaran jarak jauh atau secara virtual untuk memutus mata rantai Virus Corona. Untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, anak sekolah dibekali perangkat sebagai media penghubung.

Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading, Pelaku Rampas Ponsel Korban Sebelum Kabur

Tapi tak disangka, gawai atau gadget justru digunakan untuk main game online. Pengalaman yang kurang mengenakan ini terjadi pada Nor Liyana Abdullah, ibu dua anak asal Malaysia yang memberikan ponsel pintar atau smartphone kepada putra kembarnya untuk tugas sekolah.

Dua anaknya yang berusia 13 tahun telah menggunakan 'kebebasan' baru mereka untuk tujuan lain. Nor Liyana menemukan bahwa anak laki-lakinya telah menghabiskan hampir US$620 atau Rp9 juta untuk game online melalui Google Play Store.

Wanita Hamil Ditemukan Tewas di Ruko Kelapa Gading, Ponselnya Hilang

“Suatu hari saya ingin membeli beberapa aksesori secara online di platform e-commerce, tetapi ditolak karena saya hanya memiliki saldo RM2.00 atau Rp6 ribu,” katanya, seperti dilansir dari situs Mashable, Senin, 19 Juli 2021.

Surat email menyatakan bahwa dirinya telah menggunakan Rp9 juta untuk pembelian ke beberapa game online online, Yang mengejutkan Nor Liyana adalah fakta bahwa dia bahkan tidak pernah menerima TAC (Transaction Authorization Code) di nomor telepon barunya.

Anak di Bawah Umur Diduga Dicabuli Saudara di Cengkareng, Begini Modusnya

Ternyata anak laki-laki itu berhasil mengetahui kata sandi Google Play Store-nya memberi mereka akses ke pembelian tidak terbatas. Verifikasi pembelian dikirim ke emailnya sebagai gantinya, yang juga dapat diakses oleh anak laki-lakinya tersebut.

Anaknya akhirnya mengaku. Ia juga berusaha mendapatkan pengembalian uang untuk pembelian yang dilakukan anak laki-laki itu. Tapi sayangnya pihak bank menolak permintaannya melihat bahwa secara teknis kesalahannya karena memberi orang lain akses ke akunnya.

“Sebagai guru sekolah menengah saya sibuk dengan pekerjaan sekolah saya sendiri dan Pemakluman Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran di Rumah (PdPR) saya sendiri sehingga saya mempercayakan kedua putra saya untuk menggunakan telepon untuk belajar mereka,” keluh dia.

“Tapi sekarang saya telah belajar dari pengalaman saya dan saya telah memblokir kartu debit saya, mengubah kata sandi saya, bahkan menghapus aplikasi di ponsel lama,” lanjutnya. Untuk tindakan pencegahan ekstra, Nor Liyana bahkan memasang aplikasi pemantauan orangtua di ponsel anak laki-laki tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya