3 Risiko Keamanan Menggunakan Smart Lock

Smart lock.
Sumber :
  • unsplash.com

VIVA Tekno – Saat ini manusia semakin dimudahkan dengan alat-alat canggih seiring berkembangnya teknologi. Salah satunya seperti hadirnya kunci pintar (smart lock) dengan berbagai jenis yang berbeda untuk dipilih sesuai dengan kebutuhan. 

Widodo Cahyono Putro Ungkap Kunci Selamatkan Arema FC dari Degradasi

Beberapa diantaranya dapat mendeteksi ketika pemilik (ponsel cerdas mereka) mendekat dan membukanya tanpa kunci. Sementara yang lainnya dapat dikendalikan dari jarak jauh sehingga memungkinkan kamu membuka pintu untuk teman atau kerabat tanpa harus berada di rumah.

Smart door lock atau kunci pintu menggunakan password angka.

Photo :
  • VIVA/Lazuardhi Utama
Ethereum Dilihat sebagai Versi Internet Berikutnya

Beberapa juga bahkan menyediakan pengawasan video dan bisa melihat seseorang membunyikan bel pintu, dan kamu dapat langsung melihatnya melalui ponsel cerdas. Namun, perangkat pintar membawa risiko yang tidak dimiliki para pengguna kunci luring tradisional.

Meski menjadi alat cerdas, namun ternyata ada beberapa risiko keamanan menggunakan smart lock daripada kunci biasa pada umumnya. Simak selengkapnya yang diberikan dari Kaspersky berikut ini.

Khawatir Kena Sadap, Hakim MK Ingatkan Peserta Sidang Tak Aktifkan Ponsel Selama Persidangan

1. Lebih rentan daripada kunci biasa

Ilustrasi Smartlock.

Photo :
  • Millenix

Masalah utama dari smart lock adalah menggabungkan dua konsep berbeda. Secara teori, kunci ini harus memiliki komponen pintar yang andal, tapi juga memberikan perlindungan kuat terhadap gangguan fisik sehingga tidak dapat dibuka dengan alat-alat seperti obeng atau pisau. 

Dengan menggabungkan kedua konsep ini tidak selalu berhasil sehingga hasilnya biasanya berupa kunci pintar yang tipis atau kunci besi yang berat dengan perangkat lunak yang rentan.

2. Masalah dengan komponen “pintar”

Smart lock.

Photo :
  • unsplash.com

Sebuah komponen “pintar” yang aman tidak mudah untuk dibuat. Pengembang perangkat semacam ini biasanya lebih sering memprioritaskan fungsionalitas daripada

perlindungan. 

Setiap orang dapat memperoleh akses ke video dan suara dari kamera kapan saja dengan perangkat lunak telah diimplementasikan sedemikian rupa. Jika kamu tidak mengisolasi antarmuka web dari internet, maka siapapun dapat mengontrol kunci dan membuka pintu.

Hal itu menjadi salah satu contoh nyata tentang pengembangan perangkat lunak yang tidak aman: permintaan video yang melewatkan pemeriksaan otorisasi; bagian dari antarmuka web dapat diakses tanpa kata sandi; dan kata sandinya sendiri mudah diretas karena dienkripsi dengan kunci yang sama untuk semua perangkat.

3. Perangkat lunak perlu diperbarui secara berkala

Smartphone Blockchain buatan HTC

Photo :
  • Instagram/@ankeetanku

Alasan terakhir adalah perangkat lunak perlu selalu diperbaharui secara berkala.  Seperti diketahui, biasanya ponsel cerdas menerima pembaruan selama dua atau tiga tahun setelah dirilis. Sedangkan untuk perangkat IoT beranggaran rendah, dukungan mungkin tertahan lebih awal.

Perangkat pintar memang cukup mudah untuk diperbarui. Namun, mempertahankan dukungan untuk perangkat membutuhkan sumber daya dan biaya dari pihak vendor. Hal itu sendiri bisa menjadi masalah, misalnya seperti saat vendor menonaktifkan infrastruktur cloud dan perangkat berhenti bekerja. 

Bahkan jika fungsi smart lock dipertahankan, masih dapat muncul kerentanan yang tidak diketahui oleh vendor pada saat rilis. Pada ponsel cerdas, kita mengatasi masalah ini dengan membeli perangkat baru setiap dua hingga tiga tahun. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya