Indonesia Dinilai Paling Optimis dengan Keberadaan AI

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sumber :
  • Analytics Insight

VIVA – Survei yang dilakukan oleh Ipsos Global Advisor baru-baru ini menemukan bahwa, rata-rata di 31 negara, jumlah orang dewasa yang mengatakan bahwa produk dan layanan yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) membuat mereka gugup (52%) sama banyaknya dengan jumlah orang dewasa yang mengatakan bahwa mereka merasa senang terhadap produk dan layanan tersebut (54%). 

Pemprov Sumut Optimalkan Teknologi Informasi dalam Sukseskan Penyelenggaraan PON 2024

Dari seluruh pengukuran terkait AI, rasa gugup merupakan variabel yang mengalami peningkatan paling besar sejak survei Ipsos sebelumnya yang dilakukan 18 bulan lalu. 

Sebaliknya, meskipun terdapat lonjakan penerapan AI baru, persentase orang dewasa yang mengatakan bahwa mereka mengetahui jenis produk dan layanan apa yang menggunakan AI relatif tidak berubah.

Google Launches No-cost AI Training Course for Teachers

Salah satu hal yang tetap terjadi adalah kesenjangan antara negara-negara berkembang yang umumnya antusias terhadap AI dan negara-negara berpendapatan tinggi yang waspada terhadap AI. 

Kepercayaan dan ketertarikan terhadap AI juga cenderung lebih tinggi di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z, dan di antara mereka yang memiliki pendapatan atau tingkat pendidikan lebih tinggi.

Banyak Pilihan Inovasi Generative AI NVidia

Mayoritas orang di 31 negara memperkirakan produk dan layanan yang didukung AI akan mengubah kehidupan sehari-hari mereka secara signifikan di tahun-tahun mendatang. 

Meskipun ada optimisme mengenai manajemen waktu dan pilihan hiburan, ada juga kekhawatiran luas mengenai dampak negatifnya terhadap lapangan kerja. 

Rata-rata, 57% pekerja mengharapkan AI akan mengubah cara mereka melakukan pekerjaan mereka saat ini dan 36% mengharapkan AI akan menggantikan pekerjaan mereka saat ini.

Ilustrasi kecerdasan buatan.

Photo :
  • www.pixabay.com/geralt

Ini adalah beberapa temuan survei terhadap 22.816 orang dewasa di bawah usia 75 tahun yang dilakukan antara tanggal 26 Mei hingga 9 Juni 2023, pada platform survei online Ipsos Global Advisor di 30 negara dan sebagian besar dilakukan secara tatap muka di India. 

Hasil survei ini menyoroti perubahan persepsi dan ekspektasi terhadap AI di kalangan konsumen di seluruh dunia, mengungkapkan kegembiraan dan ketakutan mengenai potensi dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan.

Rata-rata di 31 negara yang disurvei, dua pertiga (67%) mengatakan bahwa mereka memiliki pemahaman yang baik tentang apa itu AI, namun hanya setengah (51%) yang mengatakan bahwa mereka mengetahui produk dan layanan mana yang menggunakan AI.

Pengetahuan tentang produk dan layanan apa yang menggunakan AI lebih tinggi di kalangan orang dewasa muda, laki-laki, mereka yang bekerja, lebih berpendidikan, dan/atau lebih makmur.

Pada umumnya, tingkat pemahaman terhadap produk dan layanan yang didukung AI berkisar antara 70% di Indonesia dan Malaysia hingga hanya 35% di Belgia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.

Pemahaman mengenai AI dilaporkan sedikit meningkat dalam 18 bulan terakhir, namun pemahaman terhadap produk dan layanan mana yang menggunakan AI hampir tidak berubah sejak survei global Ipsos sebelumnya mengenai AI pada bulan Desember 2021. 

Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun AI menjadi lebih lazim, namun belum ada peningkatan yang signifikan dalam hal ini. Hal ini tidak sejalan dengan peningkatan kesadaran konsumen akan peran AI dalam berbagai teknologi yang mereka gunakan sehari-hari.

Menkominfo akan kaji AI

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Photo :
  • Science HowStuffWorks

Lantaran Indonesia dinilai menjadi negara yang paling optimis dengan kehadiran teknologi AI, Menkominfo Budi Arie Setiadi akan mengkaji potensi AI.

“Teknologi ini mendatangkan revolusi conten creation, audience engagement dan advertising technology. Bersamaan dengan itu, AI memunculkan tantangan serius seperti potensi hilangnya lapangan pekerjaan dan munculnya permasalahan etik,” kata Budi, dikutip dari RRI, Senin, 28 Agustus 2023.

Budi menegaskan komitmen untuk menjaga kesempatan kerja dan mengundang semua pemangku kepentingan di sektor penyiaran untuk mengadakan diskusi khusus. Fokus utamanya adalah evaluasi mendalam terhadap dampak AI dan teknologi masa depan di industri tersebut.

“Dari kajian tersebut, kita akan bersama-sama menyusun peta jalan untuk memastikan industri penyiaran tetap dapat berdaya. Berdaulat di masa-masa yang akan datang,” kata Budi.

Dia menambahkan, solusi terhadap tantangan di industri penyiaran tidak bisa ditemukan hanya oleh pemerintah saja. Maka dari itu, Budi mengajak semua pihak yang terlibat dalam penyiaran untuk bersama-sama mencari solusi atas isu-isu di daerah perbatasan.

“Kami secara khusus mengundang Bapak/Ibu sekalian untuk berembuk. Secara mendalam di Kementerian Kominfo segera setelah agenda Harsiarnas ini,” lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya