Cara Masyarakat Anti Hoax Tangani Hoax

Informasi tidak benar atau hoax
Sumber :
  • Divisi Humas Mabes Polri

VIVA.co.id – Informasi palsu atau dikenal dengan hoax sudah dianggap mengkhawatirkan pengguna internet. Komunitas yang fokus menangani hoax, Masyarakat Anti Hoax, mengaku tiap hari selalu ada hoax baru yang muncul.

Raffi Ahmad Geram Dituduh Lakukan Pencucian Uang, Begini Responnya

Masyarakat Anti Hoax atau Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFI) mengaku punya cara untuk menangkal hoax. Komunitas ini menerima pengaduan netizen dalam sebuah grup di media sosial Facebook. 

Ketua MAFI, Setiadji Eko Nugroho menjelaskan, dalam grup media sosial tersebut, komunitas mereka menerima laporan 10 hingga 20 hoax tiap harinya. 

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

"Tetapi tidak semua kita approve. Maksudnya beberapa mungkin duplikasi postingan yang sudah ada, hanya beberapa dan sebagian kecil yang belum masuk dalam divisi kita (diproses)," ujar pria yang akrab disapa Eko kepada VIVA.co.id, melalui pesan singkat, Selasa 13 Desember 2016.

Eko menjelaskan, jika postingan adalah hoax, maka MAFI mencari tahu kebenarannya. Kemudian segera menjawab hoax dengan bukti yang autentik.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Soal tren kenaikan hoax dari hari ke hari, MAFI mengaku belum menghitungnya. Namun demikian, kata Eko, hoax akan meningkat tajam ketika ada peristiwa politik dan hukum. 

Eko menjelaskan, penyebar hoax menjadikan media mainstream sebagai acuan untuk menyebarkan informasi palsu. Mengikuti perkembangan berita dalam media mainstream, penyebar hoax akan ‘memelintir’ berita dan menyebarkannya lewat situs yang tidak jelas redaksinya. 

Menurut dia, setelah hoax tersebar, masalah kian menjadi besar, bisa memengaruhi pengguna internet atau penerima informasi yang berlatar belakang pendidikan tinggi. Banyak ditemukan orang yang berpendidikan dan ikut-ikutan menyebarkan tanpa mencari tahu kebenarannya. 

"Kadang-kadang yang menjadi masalah adalah, yang menyebarkan itu, tidak hanya orang yang pendidikan rendah, tapi kadang-kadang mereka juga punya pendidikan tinggi. Saya punya catatan, bahkan mereka pendidikan tinggi S2, S3, tapi masih nyebar hoax, itu kan sesuatu fakta yang menyedihkan.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya