Bagaimana Cara Kerja Tes DNA?

Ilustrasi tes DNA.
Sumber :
  • Sky News

VIVA Tekno – Topik mengenai test DNA akhir-akhir ini tengah ramai dibicarakan. DNA (Deoxyribonucleic Acid) adalah bahan genetik yang membawa instruksi untuk mengatur kehidupan di dalam setiap sel tubuh manusia.

Ternyata Buah Delima Punya Manfaat untuk Sembuhkan Kanker, Benarkah?

Dari perincian unik tentang asal-usul kita hingga potensi risiko penyakit genetik, DNA menyimpan kisah yang begitu kompleks.

Untungnya, dengan bantuan ilmu genetika dan teknologi yang semakin maju, kita sekarang dapat membaca dan mengungkap rahasia DNA kita dengan lebih dalam daripada sebelumnya.

RS Polri Sebut Jasad Kebakaran Toko Frame Mampang Luka Bakar Sampai 100 Persen

Melalui tes DNA, kamu dapat terhubung dengan anggota keluarga yang tidak kamu ketahui, mempelajari lebih lanjut tentang latar belakang budaya, atau terkadang bahkan mengetahui apakah memiliki hubungan keluarga dengan seseorang yang terkenal.

Kementerian PPPA Fasilitasi Tes DNA Kasus Hubungan Sedarah Kakak-Adik di Bengkulu

Ilustrasi tes DNA

Photo :
  • Nile Post

Tapi bagaimana cara kerjanya? Dan bagaimana para peneliti mengukur DNA untuk memberikan jawaban tentang keturunan kamu?

Semuanya dimulai dengan alat tes DNA. Organisasi yang berbeda mempunyai jenisnya masing-masing, tetapi biasanya terdiri dari alat pengumpul air liur, yang mana kamu akan meludah ke dalam tabung reaksi kecil yang berisi larutan.

Tes DNA, atau uji genetik, adalah prosedur yang digunakan untuk menganalisis materi genetik individu, yang disebut DNA (Deoxyribonucleic Acid), guna mengungkap informasi tentang warisan genetik, kerentanan terhadap penyakit, atau hubungan keluarga. Prosesnya melibatkan beberapa langkah dasar, dan berikut adalah cara umumnya tes DNA bekerja:

1 Pengambilan Sampel DNA:

Pertama dalam tes DNA adalah pengambilan sampel DNA dari individu yang diuji. Sampel bisa berupa darah, air liur, rambut, cairan tubuh lainnya, atau jaringan biologis seperti sel kulit. Sumber sampel akan bergantung pada jenis tes dan tujuan pengujian.

2. Pemisahan DNA:

Jika sampel mengandung banyak materi biologis, seperti dalam darah atau air liur, langkah selanjutnya adalah memisahkan DNA dari bahan-bahan lain yang ada dalam sampel. Ini dilakukan dengan berbagai metode, seperti sentrifugasi atau proses kimia.

3. Penggandaan DNA (PCR):

Sebelum DNA dapat diuji secara rinci, seringkali diperlukan penggandaan DNA. Proses ini disebut PCR (Polymerase Chain Reaction) dan digunakan untuk membuat lebih banyak salinan DNA yang akan dianalisis. Ini memungkinkan untuk memiliki jumlah yang cukup besar dari segmen DNA tertentu untuk analisis lebih lanjut.

4. Analisis DNA:

Setelah DNA telah diisolasi dan diperbanyak, berbagai teknik dan metode analisis DNA dapat digunakan, tergantung pada tujuan tes. Ini bisa mencakup:

Sequencing (Sequensing): Untuk mengidentifikasi urutan asam nukleat (A, C, G, dan T) dalam DNA.

Genotyping: Untuk mengidentifikasi varian genetik tertentu atau polimorfisme nukleotida tunggal (SNP).

RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism): Untuk membandingkan panjang fragmen DNA yang dihasilkan oleh enzim pemotong khusus.

PCR-Based Testing: Untuk mengamplifikasi dan mendeteksi DNA target dengan metode PCR.

Sequencing Next-Generation (NGS): Teknologi canggih yang digunakan untuk analisis DNA berbasis sekuensiasi.

5. Interpretasi Hasil:

Hasil analisis DNA kemudian diinterpretasikan oleh ahli genetika atau program komputer yang menggunakan database referensi untuk mengidentifikasi makna hasilnya. Hasilnya bisa berupa informasi tentang risiko penyakit genetik, keturunan, atau hubungan keluarga.

Ilustrasi tes DNA

Photo :
  • Sky News

6. Pelaporan Hasil:

Hasil tes DNA biasanya dilaporkan kepada individu yang diuji. Hasil dapat berupa laporan tertulis yang menjelaskan temuan dan implikasi klinisnya.

Penting untuk diingat bahwa tes DNA harus dilakukan oleh profesional medis atau laboratorium yang terakreditasi untuk memastikan keakuratan dan keamanannya. Selain itu, hasil tes DNA dapat memiliki implikasi emosional dan etis yang signifikan, sehingga konsultasi dengan konselor genetik atau profesional kesehatan sebelum dan setelah pengujian seringkali disarankan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya