Meski Baru Bangun, Mengapa Kita Bisa Tak Ingat Mimpi Kita Sendiri?

Ilustrasi wanita mimpi buruk.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Mimpi adalah bunga tidur yang kerap dialami oleh tiap orang. Kita tak bisa mengontrol mimpi, namun terkadang mimpi yang kita alami bisa menjadi sangat absurd atau malah mimpi yang sangat indah. 

Berapa Usia Seseorang Dianggap Tua?

Namun, pernah kah kamu mengalami, ketika kamu terbangun dari mimpi yang kamu rasa indah, namun ketika ingin kembali mengingat mimpi tersebut, mimpi itu malah terasa kabur atau malah tak ingat sama sekali, padahal kamu baru saja bangun?

Nah, ternyata topik mengenai mengapa kita sering tak ingat mimpi kita sendiri masih dikaji oleh para ilmuwan hingga kini. Berikut penjelasannya: 

Mengenal Dickmorphia, Istilah Bagi Kaum Pria yang Khawatir dengan Ukuran Penis Kecil

Ilustrasi Tidur

Photo :
  • Unsplash

Melansir laporan Medical News Today, Senin, 17 Juli 2024, saat kita tidur, otak kita melewati empat tahap. Tiga tahap awal adalah tahap non-rapid eye movement (non-REM). 

Jangan Ragu Masukkan Anak ke PAUD Bun, Ini 5 Manfaat Pentingnya

Tahap pertama mencakup transisi dari bangun ke tidur, saat tubuh melambat dari ritme siang hari dan "berjalan" menuju tidur. 

Tahap kedua, juga tidur non-REM, melibatkan tidur yang ringan. 

Tahap ketiga tidur lebih dalam, dan memberikan jenis istirahat mendalam yang dibutuhkan seseorang untuk merasa segar kembali di pagi hari. 

Terakhir, saat otak kita melakukan sebagian besar mimpinya disebut tahap tidur REM. 

Nah, mimpi lebih sering terjadi selama fase REM, saat aktivitas otak tinggi dan menyerupai yang terlihat saat terjaga.

Tidur REM diyakini berperan dalam pembelajaran, konsolidasi memori, dan pengaturan suasana hati. Mimpi, akibatnya, mungkin merupakan efek samping dari proses kognitif ini. 

Salah satu teori terkemuka yang menjelaskan mengapa setelah bangun kita lupa akan mimpi berkutat pada neurokimia, yang mana adalah biokimia sistem saraf. 

Selama tidur REM, kadar neurotransmitter asetilkolin tinggi, mendorong aktivitas otak yang berhubungan dengan mimpi. Secara bersamaan, tingkat norepinefrin (juga dikenal sebagai noradrenalin), neurotransmitter yang terkait dengan konsolidasi memori, berada pada titik terendah. 

Penipisan norepinefrin selama tidur REM bisa menjadi faktor kunci yang berkontribusi terhadap lupanya kita pada mimpi. Tanpa norepinefrin yang cukup, otak kita mungkin tidak secara efektif mentransfer pengalaman mimpi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang, menyebabkan kita melupakannya dengan cepat saat bangun tidur.

Ini kemungkinan besar terjadi untuk menghindari informasi yang berlebihan, menurut studi baru. Fakta menariknya neuron yang bertanggung jawab untuk melupakan mimpi ini ternyata juga merupakan neuron yang membantu mengendalikan nafsu makan. 

Selain itu, tambah peneliti, Korteks prefrontal, wilayah otak yang terkait dengan pembentukan memori dan proses berpikir kompleks, kurang aktif selama tidur REM. Beberapa peneliti berpendapat bahwa aktivitas yang berkurang ini dapat menghambat pengkodean mimpi ke dalam ingatan jangka panjang, sehingga berkontribusi pada lupanya mimpi.

Perspektif lain tentang terlupakannya mimpi mengusulkan bahwa kita sebenarny tidak 'melupakan' mimpi, malah sebaliknya, kita mungkin tidak pernah 'mengingat' mimpi dengan benar sejak awal. 

Dari sudut pandang ini, proses penyandian mimpi ke dalam ingatan mungkin cacat atau tidak lengkap, sehingga membentuk ingatan yang buruk saat bangun. 

Sementara penelitian di balik mimpi yang kerap terlupakan adalah hal yang menarik, beberapa ilmuwan berkata bahwa hal itu mungkin memiliki tujuan adaptif. 

Menurut hipotesis yang kuat, melupakan mimpi memungkinkan kita untuk bangun dengan pikiran jernih, tidak terbebani oleh konten mimpi kita yang berpotensi emosional atau mengganggu. 

Ilustrasi mimpi

Photo :
  • Pixabay

Bangun dengan pikiran yang bersih ini mungkin membantu kita memulai setiap hari dari awal, siap untuk menyerap dan memproses informasi baru tanpa gangguan dari narasi aneh yang dibuat oleh pikiran kita yang sedang bermimpi. 

Terlepas dari kemajuan yang dibuat dalam memahami biologi tidur dan mimpi, teka-teki mengapa kit kerap lupa bermimpi apa setelah bangun tidur, sebagian besar masih belum terpecahkan. 

Teka-teki abadi inilah yang membuat mimpi, dan kenangan singkat kita mengenainya, menjadi area kognisi dan ilmu saraf manusia yang begitu menarik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya