Peneliti Klaim Anjing Perantara Penyebar Virus Corona ke Manusia

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Para peneliti memberi kabar mengejutkan terkait awal mula penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19. Pasalnya, peneliti di Kanada mengklaim bahwa anjing liar di China bisa menjadi 'tersangka utama' penyebar virus tersebut.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Dikutip dari laman Daily Star, peneliti menjelaskan ada kemungkinan anjing liar itu sudah terinfeksi setelah mengonsumsi daging kelelawar yang mengandung virus. Anjing liar itu kemudian menjadi perantara penyebar virus corona jenis SARS-CoV-2 pada manusia.

Data terakhir menunjukkan bahwa hampir 2 juta pasien di dunia saat ini terinfeksi penyakit menular itu. Angka kematiannya pun tak kalah mengerikan, mencapai lebih dari 125 ribu pasien meninggal dunia.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

"Virus corona pertama kali menyebar dari kelelawar ke anjing liar yang memakan dagingnya," kata ketua peneliti studi Professor Xuhua Xia.

Menurut pakar biologi di University of Ottawa ini, formasi dari hipotesis baru itu masih terus dikembangkan. Observasi di studi ini berasal dari penyakit-penyakit akibat virus corona sebelumnya.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

"Keluarga virus corona sebelum COVID-19 dan kerabat terdekatnya, bermula dari kelelawar, menginfeksi usus anjing, kemungkinan besar menghasilkan evolusi virus yang cepat dan berpindah ke manusia. Ini menunjukkan pentingnya pemantauan virus corona seperti SARS pada anjing liar dalam perang melawan COVID-19," tambahnya.

Trenggiling, hewan mamalia bersisik dari ordo Pholidota, sebelumnya diyakini menjadi kunci perantara penyebaran virus ini. Namun, sebuah studi telah menjelaskan tentang mutasi COVID-19 yang kemudian menepis hipotesis tersebut.

"Anjing memiliki kebiasaan menjilat bagian anusnya yang mungkin menjadi tempat berkembangnya virus corona dari sistem pencernaan. Lalu, virus itu terhirup kemudian menginfeksinya," jelasnya.

Diketahui, saat virus menyerang suatu inang (manusia atau hewan lain), akan meninggalkan jejak pada tubuh inangnya untuk membentuk sebuah sistem imun baru. Hal ini yang dilihat peneliti pada hewan kelelawar saat menyebarkan virus seperti ebola, rabies dan SARS serta memicu kematian akibat itu.

Meski COVID-19 diduga kuat berasal dari kelelawar, namun peneliti meyakini masih ada hewan perantara yang menularkannya ke manusia. Peneliti mengatakan, kelelawar dan manusia tidak berinteraksi langsung yang membuat peneliti terus mencari hewan perantara tersebut.

Sebab, hal itu sangat penting untuk menekan angka kasus COVID-19. Dengan teori terkait hewan perantara itu, peneliti bisa mengolahnya menjadi antivirus atau vaksin untuk tubuh manusia.

"Virus yang terus bermutasi dan membuat jumlah bahan kimianya meningkat, lalu menyerang manusia, seharusnya dapat membentuk sistem imun baru di tubuh manusia. Hal ini yang membuatnya menjadi vaksin alami di manusia,” lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya