Keasyikan Main Gadget Picu Nyeri Leher, Awas Saraf Kejepit

ilustrasi wanita dan gadget.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Gadget menjadi salah satu benda yang sulit dilepaskan oleh sebagian besar masyarakat kekinian dalam berbagai usia. Terlebih dengan adanya pandemi dan sarana virtual, membuat gadget digunakan kapan pun dengan posisi yang kurang tepat.

Jangan Sampai Terlewat Ramadan Sale di Blibli, Promo Spesial Smartphone iPhone, Samsung dan Oppo

Tak sedikit masyarakat yang menggunakan gadget untuk keperluan bekerja atau belajar di rumah. Meski bermanfaat, pemakaian gadget dengan posisi menunduk terus menerus rupanya rentan memicu saraf kejepit di bagian leher.

Dijelaskan pakar bedah sarah, dr Mustaqim Prasetya Sp.BS dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf (Perspebsi), Hernia nukleus pulposus (HNP) atau dalam istilah awamnya saraf terjepit merupakan suatu kondisi yang diakibatkan menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.

Viral Penumpang 'Nebeng' Listrik Buat Catok Rambut hingga Masak Nasi di Kereta, KAI Buka Suara

"Kejadian HNP mungkin kita alami. Saat ini salah satu yang berbahaya saat menggunakan ponsel dengan posisi tidak ergonomis (menunduk) lama," kata dokter Mustaqim Prasetya dalam webinar ‘Solusi Terkini Saraf Terjepit Tanpa Operasi’ beberapa waktu lalu.

HNP cenderung sering terjadi di area pinggang. Namun, bagian leher pun tak luput dari kondisi tersebut mengingat gadget begitu lengket dengan masyarakat untuk beraktivitas di rumah saat ini. Gejala saraf kejepit yang ditimbulkan berupa nyeri yang menjalar.

Didikan Keras Sang Ayah, Cristiano Ronaldo Jr Dilarang Punya Ponsel Sendiri

"Nyeri dari leher atau di antara tulang belikat dan biasanya menjalar ke bahu, lengan, hingga jari-jari tangan pada satu sisi. Terkadang ada rasa kesemutan dan nyeri bisa bertambah berat dengan perubahan posisi," jelasnya.

Selain posisi yang kurang tepat, pemicu saraf kejepit juga ditengarai berat badan berlebih atau kesalahan mengangkat beban berat.

Sementara pada orang lanjut usia, akibat berkurangnya elastisitas atau kelenturan bantalan yang terjadi seiring bertambahnya umur. Akibatnya, efek peredam bantalan menjadi berkurang dan rentan terhadap trauma, dan cenderung terjadi di area pinggang.

"Nyerinya seperti terasa terbakar, kesemutan, diperberat dengan aktivitas tertentu (berdiri, berjalan, duduk). Nyeri pada kaki disertai pinggang disebut low back pain," kata Mustaqim.

Untuk mencegahnya, dianjurkan memakai gadget dalam postur yang baik dan benar dengan tidak menunduk. Selain itu, HNP bisa dicegah dengan menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga sehingga otot-otot lebih kuat, dan tidak merokok.

Apabila saraf kejepit terlanjur terjadi, pilihannya bisa menggunakan operasi dengan konsultasi kepada dokter ahli. Terkini, Interventional Pain Management (IPM) dapat dilakukan untuk atasi saraf kejepit lantaran minim pembedahan.

"Pasien yang menolak operasi dapat menggunakan metode IPM karena minim pembedahan. IPM juga menjadi Terapi paliatif nyeri pada pasien kanker," ujar dokter spesialis bedah, Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP.

Teknologi IPM ini dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX. Semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter.

"Namun apa pun metodenya, intinya tetap Kembali ke filosofi penanganan pasien yang nyeri," jelas Ketua Indonesian Neurosurgical Pain Society (INPS) ini lebih lanjut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya