Kendalikan Hipertensi dan Diabetes, Ampuh Cegah Risiko Gagal Jantung

ilustrasi gagal jantung.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang serius ketika jantung tidak lagi dapat memompa cukup darah demi memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, akibat melemahnya otot jantung seiring berjalannya waktu. Gagal jantung dapat terjadi pada siapa saja dan pada usia berapapun.

Keajaiban Teknologi! LVAD Selamatkan Nyawa Penderita Gagal Jantung yang Hampir Putus Asa

Walaupun demikian, gagal jantung sering kali terlambat didiagnosis karena gejala yang muncul menyerupai gejala penyakit lain, seperti paling umum adalah mudah lelah, cepat kehabisan napas, bantuk atau sesak napas, pembengkakan (edema) terutama di kaki, dan perut terasa kembung atau sakit pada bagian perut.

Di Indonesia, prevalensi gagal jantung mencapai 5% dan lebih sering terjadi pada pria (66%) daripada wanita (34%). Penyakit gagal jantung bisa terjadi pada usia berapapun, namun menjadi lebih umum seiring dengan bertambahnya usia.

Bikin Puluhan Orang di Thailand Meninggal, Ini 3 Alasan Cuaca Panas Bisa Sebabkan Kematian

Dibandingkan dengan Eropa dan Amerika, demografik umur pasien gagal jantung di Asia Tenggara lebih muda. Di Indonesia, sekitar 60% perempuan dan 56% laki-laki di bawah usia 50 tahun mengalami gagal jantung. Di mana ini berarti gagal jantung di Indonesia banyak dialami oleh populasi usia produktif.

Dalam rangka memperingati Hari Peduli Gagal Jantung yang jatuh pada bulan Mei setiap tahunnya, Novartis Indonesia bekerja sama dengan Kelompok Kerja Gagal Jantung, Perhimpunan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia (Pokja Gagal Jantung PERKI), menyelenggarakan kegiatan edukasi media bertema “Berdamai dengan Gagal Jantung: Kendalikan Risiko Kardiovaskular Anda, Tangani Gagal Jantung dengan Baik”.

Kondisinya Harus Terus Dimonitor, Pasien Gagal Jantung Kini Bisa Dipantau dari Jarak Jauh

Dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, memaparkan, “Data Pokja menunjukkan bahwa penyebab gagal jantung terbanyak adalah kondisi penyakit dasar yang tidak terkontrol (hipertensi, diabetes, obesitas) atau sebagian perjalanan dari penyakit dasar yang alamiah (usia, rokok, kelainan bawaan),".

dr. Nauli melanjutkan, "Gagal jantung memang adalah kondisi yang serius, sayangnya banyak di antara para pasien yang justru tidak sadar bahwa mereka memiliki gagal jantung. Padahal gejala yang ditimbulkan sangat menurunkan kualitas hidup mereka,".

Gagal jantung merupakan kondisi di mana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke seluruh tubuh.

Photo :
  • pixabay/geralt

"Yang mungkin biasanya mereka bisa berjalan lama dan jauh, sekarang berjalan sedikit saja merasa lelah; atau mungkin yang tadinya naik tangga biasa saja, sekarang menjadi sulit; atau yang tadinya bisa tidur dengan enak, nyaman, sekarang justru kalau tidur merasa lebih sesak dan pada akhirnya harus tidur dalam posisi duduk,".

Namun demikian, dr. Nauli menegaskan bahwa gagal jantung bukanlah akhir dari harapan hidup seorang pasien. Gagal jantung masih dapat dikendalikan dengan tatalaksana yang tepat, sehingga pasien tetap dapat menjalankan hidup yang mendekati normal dan berkualitas serta beraktivitas seperti biasa, selama dikenali dan diterapi pada kondisi dini.

"Pasien gagal jantung harus minum obat untuk membantu mengendalikan kondisinya. Bahkan walau gejala-gejalanya sudah membaik, pasien tetap perlu meminum obat secara teratur," ujar dokter Nauli.

"Beberapa terapi yang biasanya digunakan untuk mendukung kerja jantung meliputi: penghambat reseptor beta (beta-blocker); penghambat sistem renin angiotensin (seperti ACE inhibitor atau ARB); antagonis aldosterone; serta inovasi terbaru penghambat enzim neprilisin (ARNI) dan penghambat sodium glucose transporter (SGLT2 inhibitor)” jelas dokter Nauli.

dr. Elvieda Sariwati, MEpid, Plt. Direktur P2PTM, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menekankan, "Dalam pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia, Pemerintah fokus pada penyakit kardioserebrovaskular (seperti penyakit jantung terutama gagal jantung, stroke dan ginjal), penyakit kanker, dan penyakit paru kronis, karena penyakit-penyakit tersebut menyedot biaya terbesar dan semakin hari semakin meningkat, bila dilihat dari data BPJS Kesehatan".

Biaya ini belum termasuk biaya out of pocket yang ditanggung oleh dirinya dan keluarga. Karena itu, saat ini Pemerintah sedang melakukan transformasi kesehatan melalui 6 pilar yakni:

1) Layanan primer yang menitik beratkan pada promosi, edukasi, deteksi dini, penanganan kasus sesuai standar.

2) Layanan rujukan yang diprioritaskan dalam pengembangan jejaring rumah sakit yang mampu laksana kardioserebrovaskular, kanker dan penyakit paru kronis.

3) Ketahanan atau keberlangsungan obat dan bahan medis serta peralatan terutama saat kejadian luar biasa seperti pandemi atau bencana.

4) Sistem pembiayaan.

5) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas kesehatan.

6) Pemanfaatan teknologi termasuk digitalisasi layanan, pencatatan dan pelaporan. Beragam pengobatan untuk penyakit gagal jantung memiliki tujuan yang berbeda karena mekanisme yang terlibat di dalamnya demikian kompleks.

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi penumpukan cairan, mengurangi beban jantung, mendukung kerja jantung dan peredaran darah, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mengendalikan penyakit faktor risiko seperti diabetes, hipertensi dan lain sebagainya.

Tujuan lainnya adalah mencegah komplikasi dari gagal jantung seperti stroke, gangguan fungsi ginjal, dan gagal jantung lanjut yang akan menyebabkan disabilitas berat pada pasien dan keluarganya.

Selain mengonsumsi obat dengan teratur, pasien gagal jantung juga perlu mengurangi jumlah asupan minum, menerapkan pola hidup sehat guna mengendalikan penyakit penyerta yang dimiliki serta menjaga kerja jantung.

Hal ini dapat membantu pasien memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Ketidakpatuhan terhadap salah satu komponen tersebut akan mengakibatkan perawatan kembali di rumah sakit (rehospitalisasi), dan memperburuk kondisi gagal jantung.

Pola hidup yang harus diterapkan oleh pasien gagal jantung antara lain: rutin memantau berat badan; membatasi asupan cairan (900ml–1,2liter/hari); program makan yang seimbang dan pengurangan berat badan pada pasien obesitas; serta melakukan latihan fisik.

Menyadari besarnya beban yang ditimbulkan dari penyakit gagal jantung, Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement PT Novartis Indonesia memaparkan, “Gagal jantung adalah penyakit dengan beban yang sangat besar, baik bagi pasien, keluarga pasien, maupun negara. Beban tersebut tidak hanya secara ekonomi, yang sebagian besar berasal dari perawatan pasien di rumah sakit yang lama dan berulang, tetapi juga beban secara psikologis,".

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya