Sering Gatal di Selangkangan Hingga Ngorok, Jangan Abai Gejala Obesitas Ini

Ilustrasi obesitas/kegemukan.
Sumber :
  • Pexels/Andres Ayrton

JAKARTA – Kasus obesitas kian bermunculan dengan data menunjukkan sebesar 600 juta orang di dunia mengalaminya. Tak sedikit orang dengan obesitas belum memahami kondisinya hingga berbagai kesulitan muncul dan membuat tubuhnya dengan kelebihan bobot itu mengalami komplikasi penyakit.

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD mengatakan bahwa obesitas sudah memicu kematian sebesar 28 persen sejak tahun 1990 hingga 2015.

Diperkirakan, kasus obesitas akan melonjak di tahun 2030 hingga 1,2 milyar orang di dunia mengalaminya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

"Di Indonesia kasus obesitas ada di 21,8 persen, cukup tinggi untuk gambaran obesitas. Kasus obesitas paling tinggi sulawesi utara," tuturnya dalam konferensi pers daring Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin, 10 Juli 2023.

lingkar pinggang, obesitas, kegemukan

Photo :
  • Pixabay/ Bru-No
85 Persen Ibu Pilih Beri Susu Formula Ketimbang ASI, Ahli Ungkap Dampaknya

Menurut dokter Em Yunir, proses kegemukan ini sebenarnya memakan waktu yang tidak sebentar hingga belasan bahkan puluhan tahun, tanpa disadari.

Kerap kali, kebiasaan makan yang kurang baik serta minimnya aktivitas fisik memicu tubuh lambat laun menumpuk kelebihan kalori hingga terjadi obesitas.

"Ini seperti lingkaran setan. Otaknya tidak merasa kenyang. Jadi, sel-sel lemak lapisannya jadi makin besar, jumlah dan ukuran bertambah. Setelah banyak, itu yang buat sel-sel inflamasi. Ini sebabkan timbul kesulitan atau komplikasi yang dialami saat obesitas," terangnya.

Di awal, biasanya pasien dengan bobot berlebihan kerap tak ada keluhan.

BAHAYA OBESITAS

Photo :
  • U-Report

Gambarannya pun sangat minim lantaran tumpukan lemak masih menumpuk di beberapa organ saja seperti pinggang, bokong, paha, hingga perut. Lambat laun, kelebihan bobot yang tak disadari ini membuat fungsi tubuh terganggu.

"Di stadium selanjutnya, bisa bergejala jadi fungsi tubuh ada gangguan. Sampai terakhir di stadium empat, sudah berat, disertai penurunan berbagai hal sehingga muncul macam-macam komplikasi," imbuhnya.

Gejala yang kerap dialami pasien obesitas di tahap awal mencakup sesak napas saat aktivitas ringan, selalu merasa ngantuk, hingga nyeri punggung. Kelainan pada pria dan wanita juga cukup khas nampak perbedaannya yang kerap tak disadari pasien.

"Suka ngorok pada pria. PCOS pada wanita, ada juga pengapuran lutut, hipertensi. Karena di tubuh seseorang yang obesitas, makin tinggi komplikasinya," tambahnya.

Ilustrasi mendengkur/mengorok.

Photo :
  • Freepik/nensurla

Masalah di kulit juga terjadi seperti timbul gatal di sela-sela tubuh mencakup selangkangan, ketiak, hingga leher. Rasa gatal ini bisa membahayakan karena tanpa sadar akan terus digaruk sampai terjadi iritasi.

Gatal ini, kata dokter Em Yunir, dipicu adanya kombinasi jamur yang menumpuk serta penurunan imunitas dan kadar gula tinggi.

"Gatal itu sebenarnya jamur di kulit. Lipatan kan lebih tebal. Celah jadi lembab. Pada kondisi itu, jamur kandida sangat mudah tumbuh. Ditambah mandinya tidak sampai sela-sela dibersihkan. Ditambah obesitas juga bikin imun turun. Apalagi disertai kadar gula tinggi jadi risiko jamurnya lebih tinggi," jelasnya.

Perubahan warna kulit juga sering terjadi pada pasien obesitas karena sel lemak memicu terjadinya resistensi insulin.

Gatal kulit.

Photo :
  • U-Report

Kondisi ini tak hanya membuat perubahan warna kulit, tapi juga memicu dampak seperti diabetes melitus yang komplikasinya akan lebih berat.

"Sel lemak keluarkan hormon bikin insulin tidak resisten. Ke arah gemuk biasanya resisten insulin ini membuat kehitaman di kulit," tegasnya.

Komplikasi dari berbagai gejala ini akan berdampak pada serangan jantung, kolesterol tinggi, mudah pikun, hingga perlemakan hati. Tak sedikit juga memengaruhi hormon seperti penurunan hormon tiroid dan testosteron.

Maka dari itu, perlu dicegah sejak awal seperti mulai perbanyak aktivitas fisik yang sederhana dengan berjalan kaki, jogging, hingga bersepeda.

"Makin banyak olahraga makin baik. Aktivitas fisik disarankan minimal 10 ribu langkah. Kalau lutut masih baik, ditingkatkan, bukan sekedar jalan tapi intensitasnya dinaikan seperti jadi jogging, naik sepeda," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya