Olahraga di Tengah Polusi Udara Jakarta yang Buruk, Sehatkah?

Ilustrasi olahraga/lari.
Sumber :
  • Freepik/master1305

JAKARTA – Air Quality Indeks (AQI) di Jakarta beberapa waktu belakangan ini terus menjadi sorotan publik. Bahkan beberapa pekan lalu, AQI di Jakarta sempat tercatat melebih 150, yang berarti berada dalam keadaan tidak sehat atau melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pekerja Kantoran Sering Mengeluh Sakit Leher dan Pinggang? Begini Mengatasinya

Sementara itu, pada pagi ini, Jumat 18 Agustus AQI di Jakarta, tercatat mencapai 125. Di tengah polusi udara yang mengkhawatirkan, tidak sedikit dari masyarakat yang kerap berolahraga di luar ruangan merasa takut. Lalu, apakah kini olahraga di luar ruangan masih sehat? Yuk, scroll untuk mengetahui jawabannya.

Spesialis paru konsultan, Dr. Erlang Samoedro, Sp.P (K) FISR menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian terhadap olahraga sepeda dan jalan kaki pada PM 2.5 dengan 50 mikrogram per m3, jika dilihat bersepeda tipping poin selama 30 menit, 95 mikrogram per m3. Jika masyarakat bersepeda 30 menit titik point 95 mikrogram. Jadi, jika di polusi 95 mikrogram, masyarakat bisa melakukan olahraga bersepeda selama 30 menit.

Jangan Dilewatkan! Ini Pentingnya Pemanasan Sebelum Olahraga

Lebih lanjut dijelaskan Erlang, tipping point adalah aktivitas fisik yang tidak menambah manfaat terhadap kesehatan. Sementara itu, break even point adalah kondisi di mana jika seseorang tetap berolahraga menghirup udara banyak di saat itu, kerugian lebih besar dibandingkan efek kesehatan yang dihasilkan. Jika break even point waktunya di atas lebih dari itu, dampak terhadap kesehatan lebih buruk dibanding keuntungan olahraga yang dijalani.

Nyeri-Pegal Usai Olahraga? Yuk Kenalan dengan DOMS

"Break even point-nya di 160 mikrogram per m3. Bersepeda 30 menit bisa antara 95-160 mikrogram per m3. Jadi break even-nya di 30 menit itu PM 2.5. Kalau kita sekarang 150 mikrogram per m3 masih bisa melakukan sepeda 30 menit. Kalau kita ambil patokannya 160 mikrogam. Kalau berjalan lebih lama lagi," jelas dia dalam virtual press conference, Jumat 18 Agustus 2023.

"30 menitnya berjalan itu break evennya pada PM 2.5 di atas 200 mikrogram per m3. Kalau lebih dari 200 mikrogram per m3 itu polusinya sudah tinggi sekali, seperti kebakaran hutan. Di atas 200 mikrogram kita bisa tetap berolahraga berjalan kaki selama 30 menit," jelasnya.

Diungkap oleh Erlang, WHO sendiri merekomendasikan tipping point dan breaking point itu di 7 jam untuk bersepeda dan 16 jam untuk berjalan kaki per hari. Dengan rata-rata PM 2.5, 22 mikrogram perm3.

"Kondisi ini jarang (PM 2.5, 22 mikrogram perm3) kondisi ini mungkin di atas gunung yang jarang ada kendaraan. Jadi disimpulkan, ketika akan melakukan olahraga harus melihat waktu dan lokasi serta kadar polutan yang ada di udara pada saat lakukan aktivitas," kata dia.

Dijelaskannya lagi, ketika seseorang melakukan 30 menit berolahraga pada level polusi sangat tinggi melebihi 160 tersebut, dapat meningkatkan ikatan antara hemoglobin dengan karbon monoksida (CO). Seperti diketahui karbon monoksida (CO) adalah hasil pembakaran, seharusnya oksigen ikatannya berubah jadi karbon monoksida (CO) sehingga akan menurunkan fungsi paru, dan tingkatkan masalah metabolik. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya