Jangan Remehkan Sakit Kepala Mendadak, Bisa Jadi Gejala Awal Aneurisma Otak

ilustrasi sakit kepala, putus asa, depresi, pusing, stres
Sumber :
  • Pixabay/ lukasbieri

JAKARTA – Penyakit aneurisma otak mungkin masih jarang terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Namun kondisi kesehatan yang satu ini ternyata sangat fatal dan perlu dilakukan pemeriksaan sedini mungkin untuk mencegahnya menjadi lebih parah. 

5 Tips Ampuh untuk Hilangkan Lemak Perut yang Bikin Susah Gerak

Dalam dunia medis, aneurisma diartikan sebagai kondisi pelebaran dinding pembuluh darah karena lemahnya struktur dinding tersebut. Semakin besar ukuran aneurisma di pembuluh darah, maka akan semakin tipis dinding lapisannya sehingga semakin besar juga kemungkinan untuk pecah. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Mudahnya, aneurisma terlihat seperti sebuah benjolan yang terletak di pembuluh darah. Tidak hanya di bagian otak, tetapi juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya seperti pembuluh arteri besar jantung, dan pembuluh arteri popliteal di tungkai bawah. Tetapi di antara bagian tubuh lainnya, aneurisma otak adalah yang paling bahaya karena lebih banyak ditemukan dan sering pecah akibat perbedaan struktur dan ketebalan dindingnya.

Jangan Ragu Masukkan Anak ke PAUD Bun, Ini 5 Manfaat Pentingnya

Seperti halnya balon, benjolan tersebut apabila ukurannya semakin besar maka dinding lapisannya semakin tipis sehingga bisa meletus. Akibatnya, darah dari pembuluh darah akan mengalir keluar hingga membanjiri otak.

5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi, dari Buah Beri sampai Yogurt

"Kalau meletus, darah akan keluar terus hingga menggenang di otak. Kondisi ini cukup bahaya di mana otak manusia bisa terendam oleh darah," terang Spesialis Bedah Saraf, Dr. dr. Mardjono Tjahjadi Sp.BS(K), PhD, dalam media briefing bersama Rumah Sakit Pondok Indah, di kawasan Cipete, Jakarta, Selasa 12 September 2023.

Gejala umum yang dialami oleh pasien penderita aneurisma pecah biasanya dimulai dengan rasa sakit kepala yang hebat seperti ditimpa batu secara tiba-tiba. Kemudian setelah sakit kepala itu mereda beberapa menit, sebaiknya jangan diremehkan dan segera memeriksakan diri ke dokter. 

"Kalau terjadi seperti itu dan kondisi pasien masih sadar cuma oleng-oleng sedikit, itu masih mendingan. Itu masih disebut warning. Apesnya, dia langsung pingsan. Kondisi itulah yang termasuk dalam 50% mortality rate," terangnya.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya aneurisma otak seperti merokok, riwayat hipertensi, dan riwayat keturunan dari keluarga yang pernah mengalami stroke, pendarahan, dan aneurisma pecah. 

Selain itu, aneurisma otak ternyata lebih banyak menyerang para wanita dan orang-orang berusia di atas 40 tahun. Gaya hidup yang tidak sehat juga bisa menjadi penyebab munculnya aneurisma otak seperti penggunaan obat terlarang terutama kokain dan suka minum alkohol.

Ilustrasi Scotch whisky/minuman beralkohol.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

"Kalau sudah punya lebih dari 3 faktor risiko, sebaiknya langsung skrining. Jangan takut buat skrining karena lebih menakutkan kalau penyakitnya telat ditangani," jelasnya.

Sangat disayangkan karena aneurisma otak sering kali tidak disadari oleh masyarakat. Sehingga penyakit ini cenderung menyerang orang-orang di usia produktif yaitu antara 40-70 tahun. 

"Ini adalah suatu penyakit yang betul-betul membenani usia produktif. Apalagi kita tidak menemukan penyebab awal penyakit ini," kata Dokter Mardjono.

Cara mendeteksi dini penyakit aneurisma otak ini bisa dimulai dari mengenali beberapa jenis risikonya. Apabila terdapat lebih dari 3 faktor risiko yang dirasakan, lebih baik segera melakukan pemeriksaan.

Adapun beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk menemukan aneurisma otak ini seperti skrining MRI, MRA, serta berkonsultasi dengan spesialis aneurisma.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya