Angka ISPA Naik Drastis, Masyarakat Diimbau Terapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Angka ISPA meningkat 20-30 persen akibat Polusi Udara
Sumber :
  • Bakrie Center Foundation

JAKARTA – Dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi RS Persahabatan, Erlina Burhan menyatakan angka Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) meningkat 20-30 persen. Polutan yang ada dalam udara yang kita hirup akan berdampak langsung kepada kesehatan. Hal ini diungkapkan oleh Erlina saat berbicara mengenai upaya sinergis dalam menanggulangi polusi udara dalam The SDGs National Seminar Series 2023, yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Bakrie Center Foundation di Jakarta. 

Kelana Wastra Fashion Fest 2024: Perpaduan Tradisional, Modern, dan Ramah Lingkungan

“Udara yang bersih adalah hak seluruh makhluk hidup dan itu sangat penting karena setiap hari kita membutuhkan udara yang bersih untuk keberlanjutan kehidupan kita. Sebenarnya tubuh kita, terutama paru-paru, punya filter untuk menyaring polutan. Namun, jika polutan ini terus menerus dihirup maka lama kelamaan itu akan memperburuk fungsi paru,” jelas Erlina.  

Angka ISPA meningkat 20-30 persen akibat Polusi Udara

Photo :
  • Bakrie Center Foundation
Menciptakan Produk Berkelanjutan Bukan soal Ramah Lingkungan Saja

Polusi udara bukan sesuatu yang baru. Masalah ini sudah bergulir sejak lama di Indonesia, namun nyatanya pemerintah belum menentukan kebijakan yang tepat dan efektif untuk bisa mencegah dan menanggulangi polusi udara. Bahkan akhir-akhir ini tingkat polusi udara semakin meningkat, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Berbagai faktor disinyalir menjadi penyebab polusi udara, di antaranya tingginya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan penggunaan transportasi berbahan bakar minyak. 

Membudayakan Gaya Hidup Ramah Lingkungan dengan Panel Surya

“Isu ini sudah dibicarakan sejak tahun 90-an. Bukan hal baru. Kita bisa lihat perubahan warna langit kita akhir-akhir ini yang semakin buram. Polusi udara ini menjadi masalah kita semua, dan saya berharap pemerintah bisa ambil aksi besar untuk menangani ini. Kalau ditanya penyebabnya apa, saya ambil dari KLHK kalau di Jabodetabek 44 persen berasal dari kendaraan bermotor, 34 persen dari jejak penggunaan PLTU, dan 22 persen dari beberapa faktor lainnya,” ungkap Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform. 

Menurut Fabby, polusi udara ini tidak hanya merugikan dari sektor kesehatan namun juga dari segi ekonomi.  Dalam satu tahun bisa mengakibatkan kerugian puluhan hingga ratusan triliun rupiah. “Bayangkan saja, berapa waktu produktif terbuang oleh seorang pekerja hanya karena dia terkena ISPA akibat polusi udara? Kesadaran akan kerugian ekonomi ini harus disosialisasikan supaya bisa menjadi perhatian nasional,” tambah Fabby. 

Penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak menjadi salah satu penyebab utama polusi udara yang sulit dikendalikan. Dari sektor transportasi, VKTR berupaya untuk mendorong gaya hidup ramah lingkungan melalui transportasi umum berbasis listrik. Dengan menyediakan transportasi umum yang nyaman juga ramah lingkungan, diharapkan masyarakat yang tadinya menggunakan kendaraan pribadi mau beralih menggunakan kendaraan umum. VKTR saat ini bekerja sama dengan BYD, memproduksi bus listrik yang sudah digunakan secara umum melalui salah satu operator yakni PT Transjakarta. 

“Sudah saatnya kita serius melakukan perbaikan sarana transportasi umum, agar masyarakat mau beralih. Penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu cara untuk menekan angka polusi udara dari gas buang emisinya. Nah, selanjutnya kami akan fokus pada bagaimana memanfaatkan energi bersih sebagai sumber energi untuk kendaraan listrik,” ujar Gilarsi W. Setijono, CEO VKTR saat menjadi pembicara dalam special stage The SDGs National Seminar Series 2023. 

Di sisi lain, menurut Novita Natalia, Co-founder Bicara Udara, masyarakat harus terus diedukasi untuk mencegah dan menangani polusi udara dimulai dari hal terkecil. Masyarakat diimbau lebih waspada karena dampak dari polusi udara akan langsung terasa kepada setiap individu. Selain itu, pemerintah harus serius dalam terus memperbaiki transportasi umum.

“Kita sering mengedukasi keluarga kita atau anak-anak kita untuk selalu menggunakan masker saat berada di luar, karena kualitas udara sedang buruk. Namun, selain edukasi seperti itu, kita juga perlu untuk menekan sumber polusi udara. Kalau sumber polusi udara itu dari padatnya kendaraan bermotor, berarti kita perlu mendorong penggunaan transportasi umum misalnya yang menggunakan listrik. Saya pribadi, lebih nyaman naik kendaraan umum daripada pribadi saat ini,” jelas Novita. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya