Apa Kabar Koalisi Oposisi

Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Formasi koalisi penantang kubu pendukung Joko Widodo untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 belum juga terlihat jelas. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerindra Prabowo Subianto yang sempat digadang-gadang head to head kembali melawan Jokowi juga belum memperlihatkan kepastian.

Pengakuan Prabowo Dibantu Jokowi Persiapkan Diri Jelang Pelantikan Presiden Bulan Oktober

Sisa waktu dua pekan sebelum pendaftaran capres dan cawapres, kubu oposisi belum juga memantapkan deklarasi terhadap Prabowo sebagai calon presiden. Hanya elite Gerindra yang sejauh ini bicara lantang Prabowo pasti maju lagi.

Elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dicap paling setia dengan Gerindra justru tak kunjung mendeklarasikan ke Prabowo. PKS bahkan sempat melontarkan usulan sebaiknya Gubernur DKI Anies Baswedan yang didorong sebagai capres. Bila Anies maju, tawarannya kader PKS diplot untuk posisi cawapres.

Menang Pilpres, Prabowo Sebut Butuh Dukungan NU untuk Bangun Bangsa

Suara Partai Amanat Nasional (PAN) tak jauh berbeda. Elite PAN sempat membuat heboh dengan memunculkan nama pendiri partai, Amien Rais sampai eks Ketua Umum Hatta Rajasa sebagai bakal capres.

Sikap Partai Demokrat pun masih abu-abu. Sempat memperlihatkan kemesraan dengan Gerindra, namun partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tak juga berlabuh mendukung Prabowo.

Prabowo-Gibran Hadiri Halalbihalal PBNU, Disambut Menag dan Gus Yahya

"Kubu oposisi masih galau terkait siapa yang jadi cawapres Prabowo. Bagai makan buah simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Pilih dari Demokrat, PKS lari. Pilih PKS, Demokrat kabur. PAN juga incar cawapres," kata pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada VIVA, Kamis, 19 Juli 2018.

Prabowo Subianto hadiri debat terakhir Pilkada Jabar, Jumat, 22 Juni 2018.

Baca: Soal Cawapres, Koalisi Jokowi Tunggu Formasi Kubu Prabowo

Meski serupa dengan kubu pendukung Jokowi soal cawapres, namun koalisi oposisi dinilai masih tertinggal dalam gambaran formasi koalisi. Ujang melihat dalam kontestasi pilpres diperlukan jiwa besar dan kenegarawanan.

Bagi dia, bila kubu oposisi belum bisa mengatasi ini maka hanya memberikan kerugian. Sebab, menumbangkan pihak incumbent diperlukan kesolidan.

"Jika ingin melawan incumbent Jokowi, maka kubu oposisi harus kuat rasa persatuan dan kebersamaannya. Jika tidak, maka incumbent yang untung," tutur Ujang.

Tak Ada Harga Mati

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) menjenguk Ketua Umum Partai D

Elite Gerindra menegaskan koalisi pendukung Prabowo sejauh ini masih menyamakan pandangan soal posisi cawapres. Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Pouyono menepis bila barisan oposisi pecah kongsi hanya karena posisi cawapres.

Persamaan persepsi soal cawapres diakui Arief memang menjadi dinamika tersendiri. Hal ini menurutnya perlu proses politik. Ia pun meminta obyektif agar membandingkan dengan koalisi pendukung Jokowi yang masih belum mantap menentukan cawapres.

"Ya wajar dong. Pertanyaan saya koalisi Jokowi kayak benar saja. Apa mereka sudah solid. Kalau solid, siapa cawapresnya Jokowi?" ujar Arief kepada VIVA, Kamis, 19 Juli 2018.

Baca: Tifatul: Cawapres Prabowo Harus dari PKS, Enggak Bisa Ditawar

Arief menekankan koalisi yang mendukung Prabowo sebagai capres akan diumumkan pada momen yang tepat. Merujuk dinamika saat ini, ia menggambarkan pasangan capres dan cawapres akan diumumkan saat menit-menit akhir atau last minutes.

"Kalau kami kemungkinan bisa di last minutes. Enggak ada masalah kah. Yang penting jadi. Gitu saja," tutur Arief.

Pertemuan Anies Baswedan dan Prabowo Subianto

Diyakini koalisi pendukung Prabowo akan solid hingga tahapan Pilpres 2019. Soal tawaran posisi cawapres, masih terus dalam komunikasi yang intens dengan calon rekan partai koalisi.

"Kita solid. Tawaran politik itu kan enggak ada harga mati. Yang ada itu politik tawaran jabatan, kau punya kekuatan uang berapa? Enggak ada harga mati," jelas Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade.

Baca: Lima Kandidat Cawapres Prabowo, Terkuat Anies

Andre menekankan penjajakan koalisi dengan PKS dan PAN tinggal menunggu waktu dideklarasikan. Ia menekankan koalisi sudah 90 persen terbentuk.

"Dengan PAN, PKS sudah 90 persen. Kami masih bahas terus intens. Kami berharap Demokrat menyusul bergabung," tutur Andre.

PKS Jadi Kunci

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio memprediksi politik Pilpres 2019 akan memainkan strategi last minutes. Dengan last minutes maka parpol lain tak bisa kabur dari koalisi atau memainkan opsi poros ketiga.

"Ini kan selain cawapres juga menimbang kekuatan-kekuatan. Kalau last minutes kan parpol enggak bisa kabur. Enggak ada pilihan, itu strateginya," ujar Hendri kepada VIVA, Kamis, 19 Juli 2018.

Baca: Pertemuan SBY dan Prabowo Ditunda Pekan Depan

Hendri pun menganalisis kemungkinan dinamika di koalisi Prabowo. Ia melihat PKS akan tetap punya peranan menentukan arah koalisi. Diyakini Gerindra tak akan meninggalkan PKS yang sudah menunjukkan kesetiaan sejak Pilpres 2014.

"Chemistry PKS dan Gerindra itu sudah ada. Siapapun cawapres Prabowo, yang gue yakini PKS akan memberikan dorongan," katanya.

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kanan) dan politikus PKS Ahmad Heryawan (tengah).

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera merespons terkait isu koalisi Prabowo. Ia mewakili PKS percaya komitmen Prabowo dalam menjaga koalisi. Sebab, hubungan PKS dengan Gerindra dibangun secara instan.

"Kami ada dari Pilpres 2014, terus Pilkada DKI, Pilkada Jabar dan beberapa daerah di Pilkada 2018. Insya Allah kami bersama. Semua pembicaraan terus masih proses," tutur Mardani kepada VIVA.

Baca: SBY Isyaratkan AHY Jadi Cawapres Bukan Harga Mati

Sekretaris Jenderal DPP Demokrat Hinca Panjaitan mengisyaratkan partainya menghilangkan opsi untuk membentuk poros ketiga. Artinya, saat ini Demokrat memiliki pilihan antara memilih koalisi mendukung Prabowo atau Jokowi.

Hinca tak menampik bila dinamika saat ini lebih dominan persaingan antara Jokowi dan Prabowo sebagai capres. Kondisi ini berbeda dengan empat atau lima bulan lalu.

"Tapi, hari-hari ini kelihatannya tinggal Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Mudah-mudahan sebelum 10 Agustus,kami akan mengumumkan siapa capres dan cawapres yang kami usung," ujar Hinca.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya